KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan karunia-Nya, kepada
seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul “KOROSI” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Sejalan dengan dinamika bangsa ini
masih terus mencari cara yang lebih efektif untuk menghasilkan generasi baru
yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan cara mencari
sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan salah satunya dengan
membuat makalah ini, yang dapat bermanfaat dengan berbagai pokok masalah.
Dengan adanya makalah ini,
mudah-mudahan dapat mengembangkan pengetahuan sains khususnya kimia para kaum
pelajar untuk lebih maju dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian tak lupa kami tuturkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis,
kepada :
Pembimbing
kami, Dra. Wahidah Arsjad
Saya sadar bahwa penelitian ilmiah
yang penulis buat ini, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi penelitian ini, kami
sambut dengan senang hati.
Makassar,
3 November 2016
KATA PE
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan karunia-Nya, kepada
seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul “KOROSI” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Sejalan dengan dinamika bangsa ini
masih terus mencari cara yang lebih efektif untuk menghasilkan generasi baru
yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan cara mencari
sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan salah satunya dengan
membuat makalah ini, yang dapat bermanfaat dengan berbagai pokok masalah.
Dengan adanya makalah ini,
mudah-mudahan dapat mengembangkan pengetahuan sains khususnya kimia para kaum
pelajar untuk lebih maju dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian tak lupa kami tuturkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis,
kepada :
Pembimbing
kami, Dra. Wahidah Arsjad
Saya sadar bahwa penelitian ilmiah
yang penulis buat ini, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi penelitian ini, kami
sambut dengan senang hati.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
DAFTAR
ISI ............................................................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..........................................................................................................................
3
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................................................
3
C.
Manfaat .......................................................................................................................................
3
BAB II KAJIAN
TEORITIS
A. Pengertian
Korosi ..................................................................................................................
4
B.
Penyebab Korosi ....................................................................................................................
4
C.
Mekanisme / Proses Terjadinya Korosi pada Besi ..................................................
7
D.
Dampak Korosi ........................................................................................................................
8
E. Pengendalian
/ Cara Pencegahan Korosi......................................................................
9
BAB III METODE
PENELITIAN
A. Alat
dan Bahan .......................................................................................................................
12
B.
Cara kerja
.................................................................................................................................
12
C. Waktu
dan Tempat ...............................................................................................................
12
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
............................................................................................................................................
13
B. Pembahasan
............................................................................................................................
13
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
..............................................................................................................................
14
B.
Saran ...........................................................................................................................................
15
C. Lampiran
...................................................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu
yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan bagi
korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi
hampir semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang
mengalami korosi, tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling awal menimbulkan
korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan karat
hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak logam
dan membahayakan. Oleh karena itu, dengan pentingnya mempelajari pencegahan
korosi, percobaan kali ini difokuskan oleh masalah tersebut dan akan dipaparkan
hal apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi.
B.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui paku pada gelas manakah yang menjadi berkarat.
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan paku berkarat.
3. Cara pencegahan korosi pada besi.
C.
Manfaat
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapakan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapakan akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
1.
Dapat mengetahui sifat dari berbagai bahan terhadap
besi.
2.
Dapat menambah informasi mengenai korosi (karat).
3.
Dapat melatih siswa agar terampil dalam melakukan
kegiatan praktikum.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
KAJIAN TEORITIS
A.
Pengertian Korosi
Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama terjadi
dalam dalam lingkungan yang mengandung air atau peristiwa teroksidasinya suatu
logam oleh gas oksigen di udara. Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l) atau O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
B.
Penyebab Korosi
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya
korosi, yaitu:
1.
Uap air
Dilihat
dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting
untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air
(lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
2.
Oksigen
Udara yang
banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi besi
terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O).
Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang
menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom
logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari
udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi
sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan logam,
maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
3.
Larutan Garam
Elektrolit
(asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam,
maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang utama.
4.
Permukaan logam
Permukaan
logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya
akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih
akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang
akan bertindak sebagai anode dan katode.
5.
Keberadaan zat pengotor
Zat
Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi
tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam
mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan
demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
6.
Kontak dengan elektrolit
Keberadaan
elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang
besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
7.
Temperatur
Temperatur
mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada
perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas
akibat gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
8.
Tingkat keasaman (pH)
Peristiwa
korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq)
+ 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan
lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan
logam semakin besar.
9.
Metalurgi
·
Permukaan logam.
Permukaan
logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar
cenderung mengalami korosi.
·
Efek galvanic coupling
Kemurnian
logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat
pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya
perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom
unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian
rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.
10. Mikroba
Adanya
koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam
melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya.
Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi
mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
C.
Mekanisme / Proses Terjadinya Korosi pada Besi
Besi merupakan bahan utama untuk
berbagai konstruksi maka pengendalian korosi menjadi sangat penting. Untuk
dapat mengendalikan korosi tentu harus memahami bagaimana mekanisme korosi pada
besi. Korosi tergolong proses elektrokimia, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar.
Besi memiliki permukaan tidak halus
akibat komposisi yang tidak sempurna, juga akibat perbedaan tegangan permukaan
yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih tinggi dari daerah
lainnya. Pada daerah anodik (daerah permukaan yang bersentuhan dengan air)
terjadi pelarutan atom-atom besi disertai pelepasan elektron membentuk
ion Fe2+ yang larut dalam air.
Fe(s)
→ Fe2+(aq) + 2e–
Elektron
yang dilepaskan mengalir melalui besi, sebagaimana elektron mengalir melalui
rangkaian luar pada sel volta menuju daerah katodik hingga terjadi reduksi gas
oksigen dari udara:
O2(g)
+ 2H2O(g) + 2e– → 4OH–(aq)
Ion Fe2+ yang
larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ion-ion
melewati jembatan garam dalam sel volta dan bereaksi dengan ion-ion OH– membentuk Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang
terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat.
Fe2+(aq)
+ 4OH–(aq) → Fe(OH)2(s)
2Fe(OH)2(s)
+ O2(g) → Fe2O3.nH2O(s)
Reaksi
keseluruhan pada korosi besi adalah sebagai berikut (lihat mekanisme pada
gambar)
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l)
|
→
|
2Fe2O3.nH2O(s)
|
Karat
|
Akibat
adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terbentuk pada daerah yang agak
jauh dari permukaan besi yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam
mulai dari warna kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam.
Warna ini bergantung pada jumlah molekul H2O yang terikat
pada karat.
Emas dengan potensial reduksi
standar 1,5 V lebih besar dibandingkan potensial reduksi standar gas O2 (1,23
V) sehingga emas tidak terkorosi di udara terbuka. Di alam emas terdapat
sebagai logam murni.
D.
Dampak Dari Korosi
Karatan adalah logam yang mengalami
kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna
hitam kecoklatan pada besi/baja disebut karat. Secara teoritis karat adalah
istilah yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja/besi,
sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat dikatakan korosi . Korosi
didefinisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan paduannya) atau
sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya. Korosi merupakan merupakan
proses atau reaksi elektrokimia yang
bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu
korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat pengkaratan. Dilihat dari aspek elektrokimianya, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari dari logam kelingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan
elektron dan lingkungannya sebagai penerima
elektron. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion
dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi
reaksi dimana ion-ion dari lingkungan mendakati ion logam dan menangkap
elektron-elektron yang teringal pada logam. Dampak yang ditimbulkan korosi
sungguh luar biasa.
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat
berupa kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung dapat berupa
terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau struktur bangunan.
Sedangakan kerugian tidak langsung, berupa terhentinya produktifitas/ aktifitas
produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak kaibat korosi, kehilangan
produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar atau jaringan
pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat
penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panas dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya, korosi dapat
diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi dilingkungan
air, dan korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka. Dan korosi temperatur
tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 5000C.
E. Pengendalian
/ Cara Pencegahan Korosi
Korosi logam tidak dapat dicegah,
tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin. Ada tiga metode umum untuk
mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating), proteksi katodik, dan penambahan
zat inhibitor korosi.
·
Metode Pelapisan (Coating)
Metode
pelapisan adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu
lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan
logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam
ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi)
sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film
permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga
dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi
(galvanisir), tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau
timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari
besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
|
Eo = –0,44 V
|
Fe(s) → Fe2+(g) + 2e–
|
Eo = –0,76 V
|
Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu
daripada besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih
cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode
untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang
mengandung sejumlah kecil krom dan
nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai
sifat logam mulia sehingga tidak
terkorosi.
·
Proteksi Katodik
Proteksi
katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi
yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki
penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi.
Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan
teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi
akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar.
Reaksi yang terjadi dapat ditulis
sebagai berikut.
Anode
|
:
|
2Mg(s) → 2Mg2+(aq) + 4e–
|
Katode
|
:
|
O2(g) + 2H2O(l) + 4e–
→ 4OH–(aq)
|
Reaksi
|
:
|
2Mg(s) + O2(g) + 2H2O →
2Mg(OH)2(s)
|
Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti
dengan yang baru dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah
menjadi hidroksidanya.
·
Penambahan Inhibitor
Inhibitor
adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan
kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi
dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor
anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.
Ø Inhibitor
Anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang
mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam
air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan
senyawa molibdat.
Ø Inhibitor
Katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang
mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses
katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan
ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam
sulfit.
Ø Inhibitor
Campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara
menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya
inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan
anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan
fosfat.
Ø Inhibitor
Teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang
dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk
film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini
adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Alat
dan Bahan
·
Gelas 10 buah
·
Paku 10 buah
·
Plastik (sebagai penutup gelas)
·
Minyak tanah
·
Air tidak dimasak
·
Air sudah dimasak
·
Cuka
·
Minyak goreng
·
Air laut
·
Air sumur
·
Air hujan
B. Cara
kerja
1.
Siapkan 10 buah gelas plastik yang telah dibersihkan.
2.
Isi 1 buah paku kedalam masing-masing gelas yang telah
disiapkan. Setelah itu, masukkan larutan yang telah ditentukan dalam setiap
gelas yang mana gelas 1 air tidak dimasak, gelas 2 air sudah dimasak, gelas 3
cuka, gelas 4 minyak tanah, gelas 5 minyak goreng, gelas 6 air laut, gelas 7
air sumur, gelas 8 air hujan, gelas 9 tanpa air, gelas 10 air tidak dimasak
dalam keadaan tertutup (tanpa udara).
3.
Beri identitas pada setiap gelas plastik.
4.
Simpan ditempat yang aman.
5.
Mengamati perubahan paku selama 3 hari.
C.
Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis-sabtu, 27-29 oktober 2016
Tempat : Kediaman Azzahra, Jalan Balana II
No. 23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
NO
|
Jenis Air
|
Hari I
|
Hari II
|
Hari III
|
|||
Pagi
|
Malam
|
Pagi
|
Malam
|
Pagi
|
Malam
|
||
1
|
Air tidak
dimasak
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+ +
|
2
|
Air sudah
dimasak
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ + +
|
3
|
Cuka
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Minyak tanah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Minyak goreng
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Air laut
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
7
|
Air sumur
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ + +
|
8
|
Air hujan
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
9
|
Gelas terbuka
tanpa air
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
Gelas berisi
air tertutup (tanpa udara)
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
Keterangan:
- :
Tidak Berkarat
+ :
Sedikit Berkarat
+ + :
Agak Berkarat
+ + + :
Banyak Berkarat
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama 3 hari saya mendapati
bahwa pada gelas plastik berisi cuka, minyak tanah, minyak goreng, tanpa air
tidak terjadi korosi sedikit pun sedangkan pada gelas plastik yang berisi air
mentah, air yang sudah dimasak, air laut, air sumur, air hujan, dan air yang
ditutup tanpa udara) mengalami korosi pada paku dan membuat air pada paku
tersebut berubah warna menjadi kuning.
Setelah di bandingkan secara
keseluruhan ternyata paku yang tidak terkena air tidak mengalami korosi.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum
tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa paku yang tidak mengalami korosi terjadi
pada paku yang berada pada gelas plastik berisi cuka, minyak tanah, minyak
goreng, hal ini bisa terjadi karena tidak ada kontak langsung antara oksigen
dan air.
Kemudian dari praktek tersebut di benarkan
bahwa salah satu faktor korosi adanya kontak antara udara dan air. Agar tidak
terjadi korosi pada besi jangan sampai besi terkontaminasi dengan air atau
larutan yang dapat menyebabkan oksidasi sehingga besi dapat berkarat. Jika kita
menghindarkan besi dari air, maka besi tidak dapat bereaksi dengan oksigen
yang dapat membuatnya berkarat.
Bila besi bersentuhan
dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan
terjadi :
Fe
+ ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+
sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan
biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi
(II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Faktor - Faktor yang Dapat Mempercepat Terjadinya Korosi antara lain,
yaitu:
1.
Elektrolit
2.
Permukaan Besi
Faktor – Faktor yang Dapat Memperlambat Terjadinya
Korosi antara lain, yaitu:
1.
Tempatkan di lingkungan yang kering dan tidak lembab.
2.
Usahakan untuk menutup tempat tersebut
3.
Tambahkan bahan-bahan yang bersifat dapat meyerap uap
air yang terbentuk dalam wadah, semisal kapas atau kain yang kering. Di
industri banyak digunakan silika gel sebagai bahan pengering untuk menyerap
kelembaban.
Cara Mengatasi Korosi yaitu:
1.
Sacrificial Protection (Pengorbanan Anode)
2.
Cromium Plating (Pelapisan Dengan Kromium)
3.
Galvanisasi (Pelapisan Dengan Zink)
4.
Tin Plating (Pelapisan Dengan Timah)
5.
Dibalut Dengan Plastic
6.
Melumuri Dengan Oli Atau Minyak
7.
Dicat
2.
SARAN
Setiap melakukan praktikum diharapkan untuk dapat memperhatikan prosedur
kerja serta memperhatikan keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk
memperbanyak referensi guna memudahkan kita baik dalam melakukan praktikum
maupun dalam penyusunan laporan praktikum.
Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat memberikan informasi bagi setiap pembaca dan dapat dijadikan
sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment plant untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusWA:081310849918
Terima kasih
Terimah Kasih
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
BalasHapusTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium