1. 7
Amal Jariyah
Muhammad
Abduh Tuasikal
Contoh
Sedekah Jariyah Hadits Tentang Amal Jariyah Apa Itu Sedekah Jariyah Pahala
Jariyah Sodaqoh Jariyah
Amal
jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, meski orang
yang melakukan amalan itu sudah meninggal dunia. Amalan itu terus menghasilkan
pahala yang terus mengalir.
Kalau
kita perhatikan ada beberapa hadits yang menyebutkan hal ini.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu'
alaihi wa sallam bersabda,
Kata
kunci: إلا من صدقة جارية, أو علم ينتفع به, أو ولد صالح يدعو له
"Jika
manusia mati, maka terputuslah amalnya pasti tiga perkara: (1) sedekah jariyah,
(2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu didoakan orang
tuanya." (HR Muslim no 1631)
Yang
dimaksud dalam hadits adalah tiga amalan yang tidak terputus pahalanya:
Sedekah
jariyah, seperti membangun masjid, sumur bor, buku yang bermanfaat dan berbagai
macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
Ilmu
yang bermanfaat, yaitu ilmu syar'i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain
dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus
dimanfaatkan setelah ia dunia.
Anak
yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh
karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan
anak-anak mereka dalam hal agama, jadi nanti anak itu tumbuh menjadi anak
sholeh. Lalu anak itu menjadi tujuan, yaitu ortunya masih pahala az ortunya
sudah meninggal dunia.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
إن
مما يلحق المؤمن من عمله وحسناته بعد موته علما علمه ونشره وولدا صالحا تركه ومصحفا
ورثه أو مسجدا بناه أو بيتا لابن السبيل بناه أو نهرا أجراه أو صدقة أخرجها من ماله
في صحته وحياته يلحقه من بعد موته
"Sesungguhnya
yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan
setelah ia mati adalah:
·
Ilmu
yang ia ajarkan dan sebarkan.
·
Anak
shalih yang ia tinggalkan.
·
Mushaf
Al-Qur'an yang ia wariskan.
·
Masjid
yang ia bangun
·
Rumah
bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
·
Sungai
yang ia alirkan.
·
Sedekah
yang ia keluarkan dari harta saat ia sehat dan hidup.
Semua
itu akan selesai setelah dia mati. "(HR Ibnu Majah, no 242, Al Baihaqi
dalam Syu'ab Al-Iman. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan
oleh Al-Mundziri. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Imam
Suyuthi rahimahullah berbicara dalam bait syairnya:
إذا
مات ابن آدم ليس يجري عليه من فعال غير عشر
علوم
بثها ودعاء نجل وغرس النخل والصدقات تجري
وراثة
مصحف ورباط ثغر وحفر البئر أو إجراء نهر
وبيت
للغريب بناه يأوي إليه أو بناه محل ذكر
وتعليم
لقرآن كريم فخذها من أحاديث بحصر
"Jika
manusia itu dunia, maka kebaikan dari perbuatan orang lain itu berhenti pasti
sepuluh perkara:
·
Ilmu
yang ia sebarkan
·
Do'a
dari anak (keturunannya)
·
Menanam
kurma
·
Sedekah
jariyah
·
Mewariskan
mushaf (Al-Qur'an)
·
Menjaga
di
·
Menggali
sumur atau mengalirkan sungai
·
Membangun
rumah untuk orang asing (musafir)
·
Membangun
majelis dzikir
·
Mengajarkan
Al-Qur'an Al-Karim
Ambillah
dari hadits yang telah diringkas. "
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
2. Amal
Jariyah – Hukum, Keutamaan dan Jenisnya
إِذَا
مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ؛ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya
“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara,
sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa
kepadanya.” (HR Muslim)
Demikianlah
Hadist Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam terkait dengan perkara-perkara yang
pahalanya tidak akan terputus meskipun seseorang telah meninggal dunia, salah
satunya adalah dengan beramal jariyah.
Apakah
amal jariyah itu?
Menurut
bahasa, amal jariyah diartikan sebagai suatu perbuatan yang terpuji. Sedangkan
menurut syara’, amal jariyah didefinisikan sebagai memberikan sesuatu yang
bernilai manfaat guna tujuan kemaslahatan sebagai salah satu bentuk pendekatan
diri kepada Allah SWT.
Pada
dasarnya, kebaikan dan keimanan yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya
dipandang dari sholat maupun ibadah lain yang ia kerjakan, akan tetapi juga
dilihat dari bentuk kasih sayang yang ia berikan kepada sesamanya. Salah
satunya adalah dengan cara menginfakkan atau menafkahan sebagian harta yang ia
miliki di jalan Allah SWT. Misalnya dengan membangun masjid dan
sekolah-sekolah, bersedekah bagi mereka yang membutuhkan, mewakafkah Al-Qur’an,
dan bentuk kebajikan lainnya.
Allah
SWT berfirman :
لَنتَنَالُواْالْبِرَّحَتَّىتُنفِقُواْمِمَّاتُحِبُّونَوَمَاتُنفِقُواْمِن
شَيْءٍفَإِنَّاللّهَ بِهِعَلِيمٌ
Artinya
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali- Imron ayat 92)
Dengan
demikian, amal jariyah bisa diartikan salah satu bentuk kebajikan yang dapat
mendatangkan pahala yang cukup besar bagi pelakunya, meskipun ia telah meninggal dunia.
Apa
hukum amal jariyah?
Amal
jariyah merupakan suatu bentuk amalan yang memiliki kedudukan yang terpuji di
sisi Allah SWT. Meskipun tidak ada keharusan atau kewajiban untuk
melaksanakannya, akan tetapi Islam sangat menekankan umatnya untuk melakukan
hal tersebut, meskipun hanya sedikit.
Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :
لا
تستحيوا من إعطاء القليل فإن الحرمان أقل منه
Artinya
“Jangan kamu malu dengan pemberian yang sedikit kerana tidak memberi langsung
lebih sedikit daripadanya.”
Akan
tetapi yang perlu diingat alam beramal jariyah diantaranya adalah amal jariyah
yang dilakukan harus memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam “Barang
siapa yang melakukan amalan tanpa ada dasarnya dari kami maka tertolak.”
Hal
lain yang perlu diingat dalam beramal jariyah adalah tidak mengiringi apa yang
ia nafkahkan dengan menyebut-nyebut pemberiannya tersebut, apalagi jika sampai
hal itu menyakiti perasaan si penerima bantuan.
Allah
SWT berfirman :
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا
مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya:
“Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (QS. Al- Baqarah ayat 262)
Apa
keutamaan beramal jariyah?
Rasulullah
Shalallahu Alaihi wassalam bersabda :
ثَلاَثَةٌ
أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ ، وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : مَا نَقَصَ
مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ ، وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلِمَةً ، فَصَبَرَ عَلَيْهَا
، إِلاَّ زَادَهُ اللهُ عِزًّا ، وَلاَ فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ ، إِلاَّ فَتَحَ
اللهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ ، أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ، وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ
: إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا
، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُ للهِ فِيهِ
حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ
يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً
لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ
رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ
عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ
ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ
اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ
بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
Artinya:
“Ada
tiga perkara yang aku bersumpah atasnya, dan aku akan menceritakan kepada
kalian suatu perkataan, maka hafalkanlah. Beliau bersabda: “Harta seorang hamba
tidaklah berkurang disebabkan shodaqoh, dan tidaklah seorang hamba terzholimi
dengan suatu kezholiman lalu ia bersabar dalam menghadapinya melainkan Allah
menambahkan kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu utk
meminta-minta (kepada orang lain, pent) melainkan Allah akan bukakan baginya
pintu kefakiran, -atau suatu kalimat semisalnya-. Dan aku akan sampaikan kepada
kalian satu perkataan kemudian hafalkanlah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya
dunia ini hanya milik empat golongan saja : (1) Seorang hamba yang dikaruniai
harta dan ilmu kemudian ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahim
dan mengetahui hak-hak Allah, inilah kedudukan yang paling mulia (2) Seorang
hamba yang dikaruniai ilmu tapi tidak
dikaruniai harta, kemudian dengan niat yang tulus ia berkata: ‘Jika seandainya
aku mempunyai harta, maka aku akan beramal seperti amalannya si fulan
itu.’ Dengan niat seperti ini, maka
pahala keduanya sama, (3) Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi
ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa dasar ilmu, , ia
tidak bertakwa kepada Rabbnya, tidak menyambung silaturrahim, dan tidak
mengetahui hak-hak Allah, maka ia berada pada kedudukan paling rendah, (4) Dan
seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan juga ilmu oleh Allah ta’ala,
lantas ia berkata: ‘Kalau seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan
berbuat seperti yang dilakukan si Fulan.’ Maka ia dengan niatnya itu,
menjadikan dosa keduanya sama.” (HR. At- Tirmidzi dan Ahmad)
Firman
Allah SWT :
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
“Perumpamaan orang -orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai:tumbuh seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- Baqarah ayat 261)
إِنْ
تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ
فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ
Artinya:
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu
adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Al- Baqarah ayat 271)
وَاعْبُدُواْ
اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ
مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ
وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً
مُّهِيناً
Artinya:
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan
menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah
diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir
siksa yang menghinakan.(QS. An- Nisa ayat 36-37)
Dari
Firman Allah Dalam Surat Al- Baqarah ayat 261 dan 271, surat An- Nisa ayat
36-37, serta Hadist Riwayat At- Tirmidzi dan Ahmad di atas, maka bisa
disimpulkan tentang berbagai keutamaan dari amal jariyah, diantaranya :
Seseorang
yang melakukan shodaqoh atau amal jariyah, maka hal tersebut tidak akan pernah
membuat hartanya berkurang, justru hal tersebut akan membukakan pintu rezeki
bagi pelakunya.
Mereka
yang melakukan amal jariyah memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT
Allah
SWT melipatgandakan pahala bagi siap saja yang melakukan amal jariyah, dan
pahala dari perbuatan tersebut tidak akan pernah terputus meskipun pelakunya
telah meninggal dunia.
Allah
SWT akan menghapuskan segala kesalahan dan dosa-dosa bagi pelaku amal jariyah
Dengan
beramal jariyah, maka pintu-pintu keburukan akan tertutup dan pintu-pintu
kebaikan akan terbuka dengan lebar.
Amal
jariyah merupakan salah satu tanda syukur atas karunia yang telah diberikan
Allah SWT. Selain itu, perbuatan tersebut juga dapat mencerminkan keimanan
seorang hamba kepada penciptanya.
Amal
jariah merupakan suatu perbuatan yang dapat membersihkan jiwa seseorang dari
sifat kikir, sombong, dan tamak. Karena sifat-sifat tersebut dapat menghantarkan
seseorang ke dalam siksa api neraka.
3. Amal
Jariah
Kata-kata
amal jariyah sudah menjadi bahasa sehari-hari seperti Bahasa Indonesia yang
lain. Lepas kata amal jariyah tersebut yang berasal dari bahasa Al-Qur'an dari
kata-kata a'malun (perbuatan hasil karya) yang mengalami perubahan bentuk bisa
menjadi a'mila yang berarti "mengerjakan". Dan kata a'mila ini sangat
bersatu dengan kata-kata "shalihan" (shaleh) menjadi "amila
shalihan" (mengerjakan amal shaleh). Penyatuan dua ini bisa dijumpai dalam
QS. Al-Baqarah: 62, QS. Almaidah: 69, QS. An-Nahl: 97, QS. Al-Kahfi: 88, QS.
Maryam: 60, QS. Thaha: 75,82 dan masih banyak lagi ayat-ayat itu. Demikian
kata-kata a'milu juga menyatu dengan kata-kata "shalihat" menjadi
"a'milu shalihat" (sama baik) ayat-ayatnya pun bisa dijumpai dalam
QS. Al-Baqarah: 25,82,277; QS. Al-A'raf: 43, QS. Yunus: 4 dan masih banyak lagi
ayat-ayat itu.
Seperti
kata "jariyah" (aliran) dalam Al-Qur'an tidak pernah menyatu dengan
kata-kata amal jariyah yang sering disebut sebagai "amal jariyah".
Kata "jariyah" di dalam Al-Qur'an dapat dijumpai dalam surat
Al-Haqqah: 11 dan Al-Ghasyiyyah: 12 dan Al-Dzariyat: 3 dan ini semuanya tidak
menyatu dengan kata-kata a'malan, a'milun.
Dalam
tuturan sehari-hari, kita telah menyatukan dua kata ini, dalam Al-Qur'an
sehingga sebutannya menjadi "amal jariyah" yang berarti baik baik
yang terus mengalir baik manfaatnya, amupun pahalanya. Jadilah cinta dengan QS.
At-Tin: 6, "kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka
bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya".
Penyatuan
kedua kata dalam Al-Qur'an (a'mal jariyah) ini sebenarnya menunjukkan dorongan
atau motivasi turun kita secara istiqamah (terus terang) mengerjakan perbuatan
kebajikan, karena dibalik itu ada manfaat dan pahala yang terus mengalir tanpa
putus. Hanya saja butuh telaah yang lebih dalam apa yang dimaksud dengan amal
jariyah itu? Dalam hal ini banyak orangutan adalah amal jariyah itu bentuk
perbuatan baik seperti menyumbang semen, batu, besi untuk pembangunan masjid,
madrasah, jembatan dan sebagainya. Faham seperti ini membuat orang marah kalau
benda yang disumbangkan itu diganti atau tidak dimanfaatkan lagi. Seakan-akan
pahalanya sudah terputus. Rasakan menurut saya, amal jariyah itu yang kita
ketahui adalah pengakuan kita untuk taqarub kepada Allah. Jadi bukan fisik
bendanya, tapi kesadaran tulus memberi karena Allah lah yang menjadi amal
jariyah (kebaikan yang terus mengalir tiada putus pahalanya). So when fisik
benda yang disumbangkan itu hancur / rusak atau diganti, maka pahala bagi
penyumbang pun terus mengalir alias tidak pernah terputus. Karena yang sampai
dihadapan Allah itu bukan benda secara fisik, tapi karena ketaqwaan kita yang
mau menyumbang itu. Perhatikan firman Allah: "Daging-dagimg unta dan darahnya
itu tidak bisa mencapai (keridhaan) Allah, tapi ketaqwaan dari kamulah yang
bisa mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu, jadilah
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya untuk kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang sama baik "(QS. Al-Hajj: 37). Ayat ini
tegas tegas yang mana yang mencapai keridhaan Allah itu adalah ketaqwaan kita
secara spiritual, bukan secara fisik atau benda. Jadi kita tidak perlu marah
apalagi mengungkit atau infaq dan sedekah kita baiknya hibah, wakaf dan lain
sebagainya. Bila benda yang diberikan itu diganti dengan yang lain apalagi
gantinya lebih baik dari itu, tentunya lebih besar lagi pahala jariyah kita.
Disinilah yang kita minta ikhlas beramal yaitu amal shalih yang kita simpan
selamanya, tanpa mengungkap atau mengungkitkan kembali, karena hanya Allah
sajalah yang tahu semuanya itu. Dan lengkap, mari kita terus beramal jariyah
kapan dan diamanapun saja, dan kita sejatinya kaya kita disisiAllah SWT. Ingat
amal jariyah tidak mengenal usia, siapa saja dan apa saja yang bisa kita buat
untuk meraih keridhaan-Nya.
4. Pengertian
mengenai amal jariah dan dosa jariah
Buat
para sobat yang belum tahu mengenai hal tersebut, pada saat ini dan pada
postingan kali ini saya akan menjelaskanya kepada sobat secara sederhana agar
lebih mudah udah di pahami.
Pengertian
amal jariah
Untuk
yang pertama yang akan saya jelaskan yaitu adalah amal jariah. Amal jariah
sendiri dalam bahasa arab berarti amal yang mengalir. Maksudnya, perbuatan baik
yang akan terus mendatangkan pahala bagi pelakunya walaupun si pelaku sudah
meninggal (berada di akhirat).
Hal
itu juga sundah di jelaskan dalam hadist dari Abu Hurairah, yang berbunyi :
Rasulullah
SAW bersabda,"apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka terputuslah
semua (pahala) amal perbuatanya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah
jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang mendoakanya" (HR. Muslim).
Untuk
lebih jelasnya mengenai ke tiga perbuatan (amal) yang di jelaskan dalam hadist
tersebut, saya akan coba jelaskan semudah-mudahnya, silahkan simak di bawah
ini.
Sedekah
jariah
Sedekah
jariah adalah sedekah yang juga dapat di katakan dengan sedekah yang di
wakafkan. Sedekah jariah sebenarnya berbeda dengan sedekah pada umumnya,
sedekah ini adalah sebuah sedekah yang di berikan dengan ikhlas untuk
kepentingan orang banyak dan biasanya bermanfaat dalam jangka panjang.
Contohnya, sobat mempunyai sebidang tanah, dan tanah tersebut sobat wakafkan
untuk tempat didirikan sebuah masjid, maka sobat juga akan mendapatkan pahala
dari orang yang beribadah di masjid tersebut dan pahala itu juga akan menglir
terus tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melakukan ibadah, bahkan
walaupun sobat sudah wafat.
Ilmu
yang bermanfaat
Ilmu
yang bermanfaat yang di maksud di sini adalah ilmu yang di ajarkan atau di
sebarkan ke pada orang lain, dan ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk orang
tersebut. Contoh mudahnya adalah, seorang guru mengajarkan cara sholat kepada
murid-muridnya, apabila si murid terus mengamalkan ajaran dari gurunya itu
(sholat), maka pahala akan terus mengalir kepada orang yang si guru selama
murid yang di ajari tersebut terus melakukan (mengamalkan) ilmu yang gurunya
ajarkan.
Anak
sholeh yang mendoakan orangtuanya
Anak
sholeh sebenarnya adalah bukan hanya dalam artian anak baik, tapi juga selalu
taat dalam beribadah ke pada Allah SWT (rajin beribadah, khususnya ibadah
wajib). Tapi saya kurang tahu apakah yang di maksud di sini memang hanya doa
dari anak sholeh saja, alias doa anak yang tidak sholeh (tidak rajin beribadah
khususnya ibadah wajib atau malah sangat jarang melakukan ibadah wajib) tidak
termasuk, saya tidak tahu, jadi silahkan tanya pada ahlinya.
Apakah
cuma ke tiga hal itu yang termasuk amal jariah?.
Sebenarnya
selain tiga hal itu, masih ada beberapa lagi perbuatan yang akan terus
mengalirkan pahala kepada pelaku. Karena dalam riwayat lain, Rasulullah
bersabda, yang berbunyi.
Sesungguhnya
di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukanya
meninggal dunia ialah, ilmu yang di sebarluaskanya, anak sholeh yang di
tinggalkanya, mushaf (kitab-kitab ke agamaan) yang di wariskannya, masjid yang
di bina, rumah yang di bina untuk penginapan orang yang sedang dalam
perjalanan, sungai yang di alirkan untuk orang ramai, dan harta yang di
sedekahkanya (HR. Ibnu Majah).
Ada
amal jariah, tentunya ada juga dosa jariah
Apakah
yang di maksud dengan dosa jariah?. Jika sobat telah tau apa itu amal jariah,
tentu sobat akan langsung dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat
mudah.
Sebenarnya
dosa jariah hampir sama dengan amal jariah, hanya saja jika dosa jariah adalah
sebuah perbuatan yang akan mengalirkan dosa bahkan sampai si pelaku wafat.
Contohnya
di dalam jaman sekarang adalah, sobat membangun sebuah diskotik dan pada saat
itu sobat sudah tahu jika diskotik adalah sebuah tempat yang banyak terdapat
sebuah kemaksiatan. Nah setiap orang yang melakukan maksiat di tempat tersebut,
maka sobat juga akan mendapatkan dosa walaupun sobat tida ikut melakukanya, dan
dosa itu akan terus mengalir sampai kapanpun selama tempat tersebut terus di gunakan
untuk kemaksiatan.
Setelah
kita mengerti tentang apa itu amal jariah dan dosa jariah, semoga kita termasuk
golongan yang suka melakukan amal jariah dan bukan golongan yang suka berbuat
dosa jariah atau pernah melakukanya, serta semoga kita tidak akan melakukan dosa
ini sampai kapanpun, amin.
Itulah
artikel dari saya tentang pengertian mengenai amal jariah dan dosa jariah,
semoga apa yang saya sampaikan di dalam artikel ini dapat bermanfaat untuk para
sobat semua. Oke, kalo gitu cukup sekian see you guy's.
5. Tujuh
Amal Jariyah Yang Pahalanya Mengalir Sampai Hari Kiamat
Segala
pujian hanya kepada Allah, Tuhan sekalian alam. Sholawat serta salam teriring
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa istiqamah
menjalani sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW hingga ke hari kiamat.
Sahabat
yang dirahmati Allah,
Amal
Jariyah adalah sebuah amalan yang pahalanya akan terus menerus mengalir hingga
hari kiamat, walau pun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal
dunia.
Hadis
tentang amal jariyah yang popular dari Abu Hurairah menerangkan bahawa
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia,
maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan,
yaitu amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya"
(Hadis Riwayat Muslim).
Selain
dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang
tergolong dalam amal jariyah.
Dalam
riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda maksudnya, "Sesungguhnya diantara
amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya
meninggal dunia ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak soleh yang
ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang
dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan.
sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang ramai, dan harta yang
disedekahkannya "(Hadis Riwaya Ibnu Majah).
Berikut
Penjelasannya :
Di
dalam hadits diatas disebutkan tujuh macam amal yang tergolong amal jariah, ke
tujuh amalan tersebut adalah :
1.
Ilmu yang di sebarluaskan :
Menyebarluaskan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal (seperti
sekolah, universitas , lembaga kursusj dan institusi) dan pendidikan tidak
formal seperti perbincangan ilmiah, tazkirah di masjid-masjid, ceramah umum,
kursus motivasi, program dakwah dan tarbiah dan sebagainya. Termasuk dalam
kategori ini adalah menulis buku-buku yang berguna , menulis kitab-kitab agama
dan menyebarkan bahan-bahan pendidikan Islam melalui artikel-artikel tazkira
facebook atau blog.
2.
Anak soleh yang ditinggalkan :
Didiklah
anak mu menjadi anak yang soleh, karena Anak yang soleh akan selalu berbuat
kebaikan di dunia dan selalu mendo'akan orangtuanya. Menurut keterangan hadis
ini, kebaikan yang diperbuat oleh anak soleh pahalanya sampai kepada orang tua
yang mendidiknya yang telah meninggal dunia tanpa mengurangkan nilai atau
pahala yang diterima oleh anak-anak tadi. Doa anak yang soleh kepada orang
tuanya mustajab di sisi Allah SWT.
3.
Mushaf (kitab-kitab agama) yang diwariskannya :
Mewariskan
kitab suci al-Quran, kitab tafsir al-Quran, mushaf (buku agama) kepada
orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya.
Untuk sekolah-sekolah agama dan maahad tahfiz dan untuk perpustakaan awam.
Selagi kitab-kitab tersebut digunakan sebagai bahan bacaan dan rujukan maka
orang yang mewakafkan akan mendapat pahala yang terus-menerus mengalir.
4.
Masjid yang dibina :
Membangun
masjid. Perkara ini selaras dengan sabda Nabi SAW yang bermaksud,
"Barangsiapa yang membangunkan sebuah masjid kerana Allah walau sekecil
apa pun, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga"
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Orang
yang membina masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang
mengerjakan amal ibadah di masjid tersebut. Termasuk juga mewakafkan tanah
untuk pembinaan masjid.
5.
Rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan :
Membangun
rumah musafir atau pondok bagi orang-orang yang bermusafir untuk kebaikan
adalah suatu amalan sangat di anjurkan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik
untuk beristirahat sebentar maupun untuk bermalam dan keperluan lain yang bukan
untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang menyediakannya.
Termasuk juga kita membina pondok peristirahatan ditepi-tepi jalan yang tidak
di kelola oleh pemerintah.
6.
Sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang ramai,
Mengalirkan
air secara baik dan bersih ke tempat-tempat orang yang memerlukannya atau
menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang ramai. Setelah
orang yang mengalirkan air itu meninggal dunia dan air itu tetap mengalir serta
terjaga dari pencemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat
pahala yang terus mengalir.
Semakin
ramai orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membuat sebuah telaga / danau
lalu airnya diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allah akan
memberinya pahala kelak di hari kiamat." (Hadis Riwaya Ibnu Khuzaimah dan
Ibnu Majah).
7.
Harta yang disedekahkannya :
Menyedekahkan
sebahagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala
yang berlipat ganda. Selain daripada harta yang diberikan sebagai sedekah,
termasuk juga mewakafkan tanah untuk pembangunan pendidikan Islam, rumah anak
yatim, maahad tahfiz, tanah perkuburan dan rumah oarng-orang jompo. Selagi
tanah tersebut digunakan untuk kebaikan maka pahalanya akan terus-menerus
mengalir kepada pemberi tanah wakaf tersebut.
Nabi
SAW bersabda "Sesungguhnya sedekah itu benar-benar dapat memadamkan
panasnya siksa kubur bagi pelakunya, sesungguhnya orang mukmin kelak di hari kiamat
hanyalah bernaung dibawah naungan sedekahnya. (Hadis Riwayat Al-Tabrani)
Sedekah
dapat di jadikan sebagai pemberi syafaat bagi pelakunya . Di dalam kubur ia
mendapatkan kesejukan berkat sedekahnya dan terhindar dari panasnya kubur.
Demikian pula di hari kiamat, ia akan mendapatkan naungan dari amal sedekahnya,
padahal ketika itu kebanyakan manusia berada di dalam kepanasan yang tiada
taranya. Dalam hadis lain di sebutkan bahawa sedekah itu dapat menolak
kemurkaan Allah.
Sahabat
yang dimuliakan,
Sifat
yang perlu dihindari atau di cegah adalah sifat bakhil, kecintaan yang
berlebihan terhadap nikmat dunia dan kurang peka terhadap keperluan orang lain.
Sikap mementingkan diri sendiri sebenarnya tidak ada dalam ajaran Islam.
Lihatlah
bagaimana mereka yang orang-orang mukmin yang kaya raya seperti Usman bin
Affan, Abdul Rahman bin Auf. Mereka tidak bahil dengan harta yang mereka
miliki, sebaliknya merekalah yang muncul sebagai penyumbang utama kepada usaha
meningkatkan syiar agama termasuk dalam aspek menyalurkan aneka bantuan kepada
masyarakat.
Sejarah
dengan jelas mencatatnya dalam tinta emas kedudukan mereka itu yang begitu
berkepribadian luhur dalam usaha membantu golongan miskin. Inilah sebenarnya
yang Islam kehendaki, yaitu yang kaya membantu mereka yang miskin. Barulah
bermakna dan bermanfaat segala harta dunia yang dimiliki.
Firman
Allah SWT berikut ini wajar kita ingat selalu : "Dan tuntutlah dengan
harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan
kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan
dan bekalanmu) dari dunia dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah)
sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian rahmat-Nya yang
melimpah-limpah) dan janganlah engkau melakukan kerusakan di muka bumi,
sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berbuat kerusakan." (Surah
al-Qasas ayat 77)
Justru,
daripada apa yang dinyatakan Allah SWT itu jelaslah bahwa kita diwajibkan
berusaha menggandakan usaha mencari kekayaan dunia tetapi dalam kerangka kehidupan
yang seimbang untuk dunia dan akhirat. Dengan demikian kita sebenarnya
dianjurkan berusaha dengan keras memperoleh kekayaan dunia agar dapat
meningkatkan kualitas ibadah yang berhubungan secara langsung dengan Allah SWT
dan sesama manusia. Inilah yang diajarkan kepada kita semua.
Allah
SWT berfirman "Orang yang membelanjakan (mendermakan) hartanya pada waktu
malam dan siang, dengan cara tersembunyi atau berterang-terangan, maka mereka
mendapat pahala di sisi Tuhan mereka dan tiada kebimbangan (daripada berlakunya
kejadian yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan
bersedih" (Surah al-Baqarah ayat 274).
Berkaitan
dengan firman Allah ini, Imam al-Khazin dalam tafsirnya memberitahu kita bahwa:
"Dikatakan bahwa ayat ini berlaku umum untuk setiap orang yang
membelanjakan harta mereka pada setiap waktu dan merata untuk semua kalangan,
baik yang berada dalam kesulitan memenuhi keperluan, dan mereka yang
meminta-minta serta hidup dalam kemelaratan."
Sahabat
yang dikasihi,
Rasulullah
SAW sepanjang hayat baginda sangat memandang tinggi sikap dermawan yang tidak
bakhil dengan menyumbangkan hartanya ke jalan kebaikan. Dengan kenyataan yang
juga berbentuk satu motivasi buat umatnya, baginda berpesan kepada kita:
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, dan tangan
yang di atas suka memberi dan tangan yang di bawah suka meminta." (Hadis
riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Daud)
Teruskan
beramal jariah kerana inilah jenis amalan yang terus menerus mengalir umpama
air sungai yang mengalir kepada mukmin yang melakukannya samasa ketika mereka
masih hidup di dunia ataupun ketika telah meninggal dunia.
6. Amal
Jariyah
Subhanallah,
jangan pernah meremehkan amal jariyah walau segenggam pasir, Rp 100, atau
bahkan hanya doa. "Sesungguhnya, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal
kebaikan hamba-Nya sekecil apa pun." (QS Yusuf 90). "Takutlah kalian
kepada neraka meski dengan hanya (bersedekah) separuh kurma dan kalimat yang
baik." (HR Muttafaq Alaih).
Sungguh,
semuanya akan menjadi pahala, saksi, obat, mempermudah urusan, dicintai Allah,
rasul-Nya, para malaikat-Nya, dan umat manusia, wasilah memperingan saat
sakaratul maut, mengundang keberkahan, penerang kubur, muka bercahaya, dan
syafaat akhirat. Dan, sungguh pintu surga yang paling besar adalah asy-Syakhoya
yang hanya dilewati oleh hamba-hamba Allah dermawan.
Amal
jariyah adalah sebuah amalan yang pahalanya akan terus-menerus mengalir hingga
hari kiamat walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal
dunia. Hadis tentang amal jariyah yang populer dari Abu Hurairah menerangkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) meninggal
dunia, terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam
perbuatan, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakannya." (Hadis Riwayat Muslim).
Selain
dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang
tergolong dalam amal jariyah. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah
orang yang melakukannya meninggal dunia ialah ilmu yang disebarluaskan, anak
saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya,
masjid yang dibangun dan dimakmurkan, rumah yang dibina untuk penginapan orang
yang sedang dalam perjalanan, sungai yang dialirkan untuk kepentingan orang
ramai, dan harta yang disedekahkan." (Hadis Riwayat Ibnu Majah).
Ilmu
yang disebarluaskan, tentu di dalamnya bermakna pesantren atau sekolah, baik
pendidikan formal (seperti sekolah, universitas, lembaga kursus, dan institusi)
maupun pendidikan tidak formal, seperti perbincangan ilmiah, tazkirah di
masjid-masjid, ceramah umum, kursus motivasi, program dakwah, tarbiyah dan
sebagainya. Termasuk, dalam kategori ini adalah menulis buku-buku yang berguna,
menulis kitab-kitab agama, dan menyebarkan bahan-bahan pendidikan Islam melalui
artikel-artikel tazkira via medsos atau blog.
Anak
saleh yang dimaksud juga bukan saja bermakna anak biologis, melainkan juga
termasuk anak hasil dari proses edukasi. Kehadiran nilai kesalehan yang
menyebar dari anak-anak kita tersebut adalah jariyah berharga untuk mengetam
nilai dan kedudukan mulia di hadapan-Nya.
Allahu
Akbar walillahilhamd, masjid dan pesantren az-Zikra di Gunung Sindur kini 80
persen strukturnya sudah selesai. Dan, dari ruang ini, kami membuka lelang amal
jariyah 5.000 meter marmer, per meter Rp 500 ribu, atau per sak semen Rp 72
ribu, atau berkenan mengantar langsung amal sedekahnya ke Desa Cibadung Gunung
Sindur Bogor, atau cukup doa ikhwah dengan tulus untuk keamanahan kami dalam
menggelorakan semangat berjariyah di jalan Allah melalui penyebaran ilmu dan
melahirkan generasi saleh dari masjid dan pesantren.
Amal
jariyah kita insya Allah diterima Allah SWT dan berbalas dengan ridha, rahmat,
berkah, dan surga-Nya. Amin. Oleh
Muhammad Arifin Ilham
7. AMALAN
YANG TETAP MENGHASILKAN PAHALA
Oleh:
Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr[1]
عَنْ
أَنَسٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ
: سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ
عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ
بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ
مَوْتِهِ
Dari
Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang
hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) :
Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur,
menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak
yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal
Hadits
ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149. hadits ini
dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam shahihul Jami’, no. 3602
Sungguh
di antara nikmat agung Allâh yang diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman
adalah Allâh Azza wa Jalla menyediakan pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak
bagi mereka. Pintu-pintu kebaikan yang bisa dikerjakan oleh seorang hamba yang
mendapatkan taufiq semasa hidupnya di dunia, namun pahalanya akan terus
mengalir sepeninggal si pelaku. (Aliran pahala ini sangat dibutuhkan oleh orang
yang sudah meninggal.) Karena orang yang sudah meninggal itu tergadai, mereka
tidak bisa lagi beramal dan mereka akan diminta pertanggungan jawab lalu diberi
balasan dari perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka.
(Berbahagialah !) orang yang mendapatkan taufiq (dalam hidupnya, karena) di
dalam kuburnya kebaikan-kabaikan, pahala dan keutamaan akan terus mengalir
baginya. Dia sudah tidak lagi beramal akan tetapi pahalanya tidak terputus,
derajatnya bertambah, dan kebaikannya semakin berkembang, serta pahalanya
berlipat ganda padahal dia sudah terbaring kaku dalam kuburnya.
Alangkah
mulianya; Alangkah indah dan alangkah nikmatnya. (Semogga Allâh Azza wa Jalla
menganugerahkan akhir kehidupan yang baik bagi kita semua).
(Bagaimanakah
menggapai harapan setiap insan beriman itu ?) Dalam hadits di atas, Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tujuh perkara yang pahalanya akan
terus mengalir kepada seorang hamba setelah ia meninggal.
Wahai
saudaraku ! Renungkanlah sejenak amalan-amalan ini lalu berusahalah untuk
mendapatkan bagian darinya selama engkau masih diberi kesempatan di dunia.
Bergegaslah untuk mengerjakannya sebelum umurmu habis dan ajal datang menjemput
!
Berikut
ini adalah sedikit penjelasan tentang amalan-amalan tersebut :
1.
Mengajarkan Ilmu.
Kata
ilmu yang dimaksudkan disini adalah ilmu bermanfaat yang bisa mengantarkan
seseorang agar mengerti tentang agama mereka, bisa mengenalkan Rabb dan
sesembahan mereka; ilmu yang bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus; Ilmu
yang dengannya bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan
kebathilan, serta halal dan haram. Dari sini, nampak jelas besarnya keutamaan
para Ulama yang selalu mamberi nasehat dan para da’i yang ikhlas. Merekalah
(ibarat) pelita bagi manusia, penyangga negara, pembimbing umat dan sumber
hikmah. Hidup mereka merupakan kekayaan dan kematian mereka adalah musibah.
Karena mereka mengajari orang-orang yang tidak tahu, mengingatkan yang lalai,
serta menerangkan petunjuk kepada orang yang sesat. Ketika salah seorang dari
para Ulama meninggal dunia, maka ilmunya akan tetap abadi terwariskan di tengah
masyarakat, buku karya dan perkataannya akan senantiasa beredar. Masyarakat
bisa memanfaatkan dan mengambil faidah dari buah karya mereka. (Dengan sebab
inilah) pahala akan terus mengalir, meski mereka sudah berada dalam kuburan.
Dahulu
banyak orang mengatakan, “Seorang yang berilmu meninggal dunia sementara
kitabnya masih ada.” Namun sekarang, suaranya (pun) terekam dalam pita-pita
kaset (atau kepingan CD) yang berisi pelajaran-pelajaran ilmiyah, muhadharah
dan khuthbah-khuthbah yang sarat dengan manfaat, sehingga generasi-generasi
yang datang setelahnya bisa mengambil manfaat darinya.
Orang
yang berpartisipasi dalam mencetak buku-buku yang bermanfaat, dan menyebarkan
buku-buku karya para Ulama yang sarat dengan faedah serta membagikan
kaset-kaset ilmiyyah maka dia juga mendapatkan pahala yang besar dari sisi
Allâh Azza wa Jalla .
2.
Mengalirkan Sungai
Maksudnya
adalah membuat aliran-aliran sungai dari mata air dan sungai induk, supaya
airnya bisa sampai ke pemukiman masyarakat serta sawah ladang mereka. Dengan
demikian, manusia akan terhindar dari dahaga, tanaman tersirami, serta binatang
ternak mendapatkan air minum.
Betapa
pekerjaan besar ini akan menghasilkan begitu banyak kebaikan bagi manusia
dengan membuat kemudahan bagi dalam mengakses air yang merupakan unsur
terpenting dalam kehidupan. Semisal dengan ini yaitu mengalirkan air ke
pemukiman masyarakat melalui pipa-pipa, begitu pula menyediakan tandon-tandon
air di jalan-jalan dan tempat-tempat yang mereka butuhkan.
3.
Menggali Sumur
Ini
sama dengan penjelasan di atas. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَيْنَمَا
رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا
فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ
الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ
بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ
لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا
فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Suatu
ketika ada seorang lelaki yang menahan dahaga yang teramat berat berjalan di
jalan, lalu dia menemukan sumur. Dia turun ke sumur itu lalu meminum kemudian
keluar. Sekonyong-konyong dia mendapati seekor anjing terengah menjulurkan
lidahnya menjilat tanah karena saking hausnya. (Melihat pemandangan ini,)
lelaki itu mengatakan, ‘Anjing ini telah dahaga yang sama dengan yang aku
rasakan.’ Lalu dia turun ke sumur itu dan memenuhi sepatunya dengan air lalu
diminumkan ke anjing tersebut. Maka (dengan perbuatannya itu) Allâh Azza wa
Jalla bersyukur untuknya dan memberikan maghfirah (ampunan)-Nya. Para shahabat
bertanya, “Apakah kita bisa mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ?”
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, pada setiap nyawa itu
ada pahala.” [2]
Ini
pahala yang didapatkan oleh orang yang memberikan minum, lalu bagaimana dengan
orang yang menggali sumur yang dengan keberadaannya akan tercukupi kebutuhan
minum banyak orang dan bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.
4.
Menanam Pohon Kurma
Telah
diketahui bersama bahwa pohon kurma merupakan pohon termulia dan memiliki
banyak manfaat buat manusia. Maka barangsiapa menanam pohon kurma dan
mendermakan buahnya untuk kaum Muslimin, maka pahalanya akan terus mengalir
setiap kali ada orang memakan buahnya atau setiap kali ada yang memanfaatkannya
baik manusia maupun hewan. Ini juga berlaku bagi siapa saja yang menanam segala
macam pohon yang bermanfaat bagi manusia. Penyebutan kurma dalam hadits di atas
secara khusus disebabkan keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh pohon
kurma.
5.
Membangun Masjid
Masjid
merupakan tempat yang paling dicintai Allâh Azza wa Jalla. Sebuah tempat yang
Allâh perintahkan untuk diangkat dan disebut nama-Nya di sana. Apabila masjid
telah dibangun maka di sana akan dilaksanakan shalat, dibaca ayat-ayat
al-Qur’ân, nama-nama Allâh Azza wa Jalla akan disebut, ilmu-ilmu akan
diajarkan, serta bisa menjadi tempat berkumpulnya kaum Muslimin, masih banyak
faedah-faedah yang lain. Masing-masing poin itu bisa menghasilkan pahala.
Dalam
sebuah hadits diriwayatkan
عَنْ
عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ يَقُوْلُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ
بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
Dari
Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, “Aku pernah mendengar
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang membangun
masjid untuk mencari wajah Allâh Azza wa Jalla, maka Allâh Azza wa Jalla akan
membangunkannya rumah yang sama di surga.[3]
6.
Mewariskan al-Qur’ân
Ini
bisa dilakukan dengan cara mencetak atau membeli mushaf al-Qur’an lalu
mewakafkannya di masji-masjid dan majlis-majlis ilmu agar bisa dimanfaatkan
oleh kaum Muslimin. Orang yang mewakafkan mushaf al-Qur’an akan mendapatkan
pahala setiap kali ada orang yang membacanya, mentadabburi maknanya dan
mengamalkan kandungannya.
7.
Mendidik Anak-anak
Memberikan
pendidikan yang baik kepada anak-anak serta berusaha maksimal membesarkan
mereka dalam ketaqwaan dan kebaikan. Sehingga diharapkan, mereka akan menjadi
anak-anak yang berbakti dan shalih, yang mendoakan kebaikan untuk kedua orang
tua mereka, dan memohonkan rahmat serta ampunan buat kedua orang tua mereka.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya ini termasuk hal-hal yang masih
bermanfaat bagi seseorang meski ia sudah menjadi mayit.
Senada
dengan hadits di awal yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ
مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا
عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا
بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً
أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Sesungguhnya
diantara amal dan kebaikannya yang akan menyertai seorang Mukmin setelah
meninggalnya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang
ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangun, rumah
persinggahan yang dibangun bagi orang yang sedang menempuh perjalanan,
Sesungguhnya
diantara amal dan kebaikannya yang akan menyertai seorang Mukmin setelah
meninggalnya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang
ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangun, rumah
persinggahan yang dibangun bagi orang yang sedang menempuh perjalanan, sungai
yang dialirkannya, sedekah yang dia keluarkan dari hartanya saat masih sehat
dan hidup akan menyertainya sampai meninggalnya [4]
Juga
hadits dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam :
أَرْبَعَةٌ
تَجْرِي عَلَيْهِمْ أُجُوْرُهُمْ بَعْدَ الْمَوْتِ : مَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيْلِ
اللهِ وَ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أُجْرِيَ لَهُ عَمَلُهُ مَا عَمِلَ بِهِ وَمَنْ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَجْرُهَا يَجْرِي لَهُ مَا وُجِدَتْ وَرَجُلٌ تَرَكَ وَلَدًا صَالِحًا
فَهُوَ يَدْعُوْ لَهُ
Ada
empat hal yang pahalanya tetap mengalir bagi pelakunya setelah meninggalnya
(yaitu) orang yang meninggal saat menjaga perbatasan dalam jihad fi sabilillah,
orang yang mengajarkan ilmu dia akan tetap diberi pahala selama ilmunya itu
diamalkan; Orang yang bersedekah maka pahalanya akan tetap mengalir selama
sedekah itu masih ada; dan orang yang meninggalkan anak shalih yang
mendo’akannya[5]
Juga
hadits yang sangat populer yaitu hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila
seseorang sudah meninggal maka seluruh amalannya terputus kecuali dari tiga
perkara (yaitu) dari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih
yang mendo’akannya[6]
Ketika
menjelaskan maksud dari shadaqah jariyah, sekelompok para Ulama mengatakan
bahwa maksudnya adalah wakaf. Sebagian besar dari perkara-perkara yang
dipaparkan di atas termasuk shadaqah jariyah.
Dan
sabdanya : ((أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ )) yang artinya rumah yang
dibangun untuk orang yang sedang melakukan perjalanan.
Di
dalam potongan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terdapat isyarat
keutamaan membangun rumah dan mewaqafkannya agar bisa dimanfaatkan oleh kaum
Muslimin secara umum, baik ibnu sabîl, para penuntut ilmu, anak-anak yatim,
para janda ataupun orang-orang fakir dan miskin. Alangkah banyak kebaikan dan
kemaslahan yang terealisasi dengan hal ini.
Terkadang
hal-hal tersebut di atas memancing munculnya berbagai amalan-amalan yang penuh
barakah yang akan tetap menghasilkan pahala bagi pelakunya meskipun dia sudah
meninggal dunia.
Akhirnya,
kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar Allâh Azza wa Jalla memberikan
taufiq-Nya kepada kita untuk melakukan semua kebaikan dan agar Allâh Azza wa
Jalla senantiasa membantu kita dalam melakukan berbagai aktifitas kebaikan dan
senantiasa membimbing kita dalam meniti jalan petunjuk.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Footnote
[1].
Diterjemahkan dari al-Fawâid al-Mantsûrah, hlm. 11-15
[2].
HR. Bukhari, no. 2466 dan Muslim, no. 2244
[3].
HR. Bukhari, no. 450 dan Muslim, no. 533
[4].
HR. Ibnu Majah, no. 242. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani
rahimahullah dalam Shahîh Sunan Ibni Majah, no. 198
[5].
HR. Ahmad (5/260-261); ath-Thabrani, no. 7831. Hadits ini dinilai hasan Syaikh
al-Albani rahimahullah dalam Shahîh al-Jâmi, no. 877
[6].
HR. Muslim, no. 1631
8. 3
Amal yang Pahalanya Tidak Terputus
Ada
sepasang suami istri yang alhamdulillah sangat kaya dan juga shaleh.
Mereka
berulangkali berhaji. Setiap tahun juga mereka melakukan umrah. Berapa banyak
harta yang mereka habiskan untuk Haji dan Umrah.
Seorang
ulama berkata bahwa amal mereka itu bagus dan mendapat pahala. Hanya saja, jika
mereka sudah meninggal, tentu mereka tak bisa melakukan Haji dan Umrah lagi. Pahalanya
pun berhenti mengalir.
Nah,
maukah saya beritahu amal-amal yang pahalanya akan terus mengalir meski bapak
ibu sudah meninggal dunia? Ini dia:
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”
(HR. Muslim no. 1631)
Allah
memberi ganjaran sekecil apa pun amal yang kita perbuat. Meski hanya sebesar
dzarrah atau debu:
“Sesungguhnya
Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan
dari sisi-Nya pahala yang besar” [An Nisaa’ 40]
Setiap
kebaikan yang kita lakukan mulai dari kewajiban seperti sholat, puasa, zakat
hingga amal yang sunnah insya Allah akan dibalas Allah pahala yang berlipat
ganda.
Bahkan
ada orang yang karena mampu setiap tahun pergi berhaji atau umrah dengan
berharap mendapat pahala yang besar. Sesungguhnya itu baik. Namun sayangnya
saat kita meninggal, kita tidak akan mendapat pahala itu lagi. Saat kita mati,
terputus amal kita selain 3 amal yang di atas.
Oleh
karena itu agar pahala kita terus mengalir meski kita telah tiada, hendaknya
kita berusaha mengerjakan 3 amal yang di atas. Bagaimana pun kita tidak tahu
berapa banyak dosa atau maksiyat yang telah kita perbuat. Berapa banyak orang
yang kita sakiti. Jadi kalau pahalanya pas-pasan, bisa jadi akhirnya kita terjerembab
ke neraka jahannam.
Sedekah
Jariyah
Menurut
Imam al-Suyuti (911 H) ada 10 amal yang pahalanya terus menerus mengalir,
yaitu: 1) ilmu yang bermanfaat, 2) doa anak sholeh, 3) sedekah jariyah (wakaf),
4) menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, 5)
mewakafkan buku, kitab atau Al Qur’an, 6) berjuang dan membela tanah air, 7)
membuat sumur, 8) membuat irigasi, 9) membangun tempat penginapan bagi para
musafir, 10) membangun tempat ibadah dan belajar.
Itu
hanya contoh kecil saja. Tentu saja sedekah jariyah tidak terbatas pada hal
yang di atas. Segala hal yang bermanfaat yang bisa dinikmati masyarakat umum
seperti membangun jalan, jembatan, website atau TV yang bermanfaat insya Allah
pahalanya akan terus mengalir kepada kita selama yang kita bangun itu masih
memberikan manfaat.
Menanam
pohon mangga atau pohon kurma sehingga buahnya bisa dinikmati atau pun pohon
yang rindang seperti pohon Beringin sehingga orang bisa berteduh pun bisa
mendapatkan pahala.
Membangun
masjid pun pahalanya amat besar dan tetap akan mengalir selama masih ada orang
yang memakainya untuk beribadah:
Hadits
riwayat Usman bin Affan ra: ”Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena
mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka Allah akan membangun untuknya sebuah
rumah di surga. (H.R Bukhari dan Muslim)
Ilmu
yang Bermanfaat
Ilmu
akan bermanfaat jika kita sendiri terlebih dahulu mengamalkannya. Kemudian kita
ajarkan ke orang lain. Jika orang yang kita ajarkan itu juga mengamalkan
ilmunya, insya Allah kita akan mendapat pahala meski kita telah tiada.
Kita
bisa menjadi guru, dosen, atau mendirikan sekolah/pesantren sehingga ilmu yang
bermanfaat bisa diajarkan ke orang banyak.
Di
zaman sekarang ini kita bisa mengajarkan ilmu ke banyak orang sekaligus. Dengan
membuat buku yang bermanfaat, kita dapat membayangkan bagaimana kalau ada 1
juta orang yang membaca buku tersebut dan mengamalkannya.
Dengan
membuat website yang berisi ilmu yang bermanfaat misalnya website Islam
sehingga puluhan ribu orang bisa membaca dan mengamalkan ilmunya, insya Allah
juga akan mendapat pahala. Jika ada orang yang meng-copy-paste tulisan anda,
jangan sedih. Justru mereka membantu menyebarkan ilmu anda sehingga jika
website anda tutup karena anda tidak membayar sewa domain atau hosting, ilmu
anda tetap tersebar dan dinikmati orang lain.
Mendirikan
TV Islam atau TV Komunitas yang bisa memberikan ilmu yang bermanfaat pun insya
Allah akan mendapat pahala.
Bagaimana
jika kita bukan orang yang pintar atau ilmu kita cetek? Jangan sedih. Dengan
membantu ulama sehingga ilmunya tersebar, membantu penerbitan buku yang
bermanfaat, membantu pembuatan dan pemeliharaan website atau TV Islam juga bisa
membuat anda ikut mendapat pahala. Karena Allah menghitung setiap amal yang
kita lakukan sekecil apa pun amal itu!
“…Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al Maa-idah 2]
Rasulullah
saw. bersabda:
عن
أبي موسى الأشعري ـ رضي الله عنه ـ عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : ” المؤمن
للمؤمن كالبنيان ، يشد بعضه بعضاً ، ثم شبك بين أصابعه ، وكان النبي ـ صلى الله عليه
وسلم ـ جالساً ، إذ جاء رجل يسأل ، أو طالب حاجة أقبل علينا بوجهه ، فقال : اشفعوا
تؤجروا ، ويقضي الله على لسان نبيه ما شاء ” . رواه البخاري ، ومسلم ، والنسائي
Dari
Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:
“Orang
mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan
sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya.
Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki meminta
bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka
kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa
yang dikehendaki.” Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i.
مَنْ
دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa
yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan
mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].
Jadi
jika kita turut andil dalam menyebarkan ilmu yang bermanfaat, insya Allah,
Allah akan melihatnya.
Anak
Soleh yang Mendoakannya
Jika
kita punya anak soleh yang mendoakan kita, insya Allah kita akan mendapat
pahala juga karena kita telah berjasa mendidik mereka sehingga jadi anak yang
saleh.
Oleh
karena itu jika kita diamanahi anak oleh Allah, hendaknya kita didik mereka
sebaik mungkin hingga jadi anak yang saleh. Seorang ibu jangan ragu untuk
meninggalkan pekerjaannya di kantor agar bisa fokus mendidik anaknya.
Lalu
bagaimana jika kita tidak punya anak kandung?
Di
situ tidak dijelaskan apakah anak saleh itu anak kandung atau bukan. Jadi jika
kita memelihara anak yatim pun kita tetap akan dapat pahala jika mereka jadi
anak yang saleh dan mendoakan kita.
Dari
Abu Ummah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang membelai kepala
anak yatim karena Allah SWT, maka baginya kebaikan yang banyak daripada setiap
rambut yang diusap. Dan barang siapa yang berbuat baik kepada anak yatim
perempuan dan lelaki, maka aku dan dia akan berada di syurga seperti ini,
Rasulullah SAW mengisyaratkan merenggangkan antara jari telunjuk dan jari
tengahnya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Dari
situ jelas bahwa orang yang memelihara anak yatim dengan penuh kasih sayang
insya Allah akan masuk surga. Surganya pun bukan surga tingkat rendah. Tapi
surga tingkat tinggi karena berada di dekat Nabi Muhammad SAW laksana jari
telunjuk dengan jari tengah.
Paling
tidak jika ada anak dari saudara kita atau sepupu kita, santuni mereka. Bantu
mereka.
Menyumbang
ke keluarga miskin yang ada anaknya pun atau panti asuhan insya Allah bisa
mendapatkan pahala.
9. 10
Amal Jariyah
”Jika
anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah
jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.”
(HR Muslim).
Hadis
di atas menjelaskan amal perbuatan seorang Muslim akan terputus ketika ia
meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada
tiga hal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia,
yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shaleh.
Dalam
riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW
bersabda, ”Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang
ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar
menjadi orang shaleh, mewakafkan Alquran, membangun masjid, membangun tempat
penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.” (HR Ibn Majah).
Menurut
Imam al-Suyuti (911 H), bila semua hadis mengenai amal yang pahalanya terus
mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah
10 amal.
Yaitu
ilmu yang bermanfaat, doa anak shaleh, sedekah jariyah (wakaf), menanam pohon
kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, mewakafkan buku, kitab
atau Alquran, berjuang dan membela Tanah Air, membuat sumur, membuat irigasi,
membangun tempat penginapan bagi para musafir, membangun tempat ibadah dan
belajar.
Kesepuluh
hal di atas menjadi amal yang pahalanya terus mengalir, karena orang yang masih
hidup akan terus mengambil manfaat dari ke-10 hal tersebut. Manfaat yang
dirasakan orang yang masih hidup inilah yang menyebabkannya terus mendapatkan
pahala walau ia sudah meninggal dunia.
Dari
pemaparan di atas, sudah seharusnya kita berusaha mengamalkan 10 hal tersebut
atau paling tidak mengamalkan salah satunya, agar kita mendapatkan tambahan
pahala di akhirat kelak, sehingga timbangan amal kebaikan kita lebih berat dari
pada timbangan amal buruk.
Allah
SWT berfirman, ”Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang
siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS al-A’raf [7]: 8).
(Asep
Sulhadi , Republika, Hikmah)
10. Keutamaan
Beramal Jariyah dan Menyantuni Anak Yatim
Kehidupan
di dunia ini adalah kehidupan yang fana, semestinya setiap orang harus
menyadari bahwa hidup di dunia ini amatlah singkat. artinya kita hidup hanya
sementara dan kita hanya memiliki waktu yang terbatas untuk mengumpulkan pahala
sebagai bekal menuju kehidupan yang kekal abadi yaitu kehidupan di akhirat.
Dunia
adalah ladangnya amal, sedangkan akhirat adalah hasil dari perbuatan yang kita
tanam ketika di dunia. Barang siapa banyak amal sholeh atau pahalanya, maka ia
akan masuk surga atau mendapatkan nikmat, dan sebaliknya ketika dosa dan
kesalahannya melampaui pahala yang dimiliki, maka alamat akan mendapat neraka
dan mereka kekal di dalamnya.
Bagaimana
cara kita mensiasati waktu kita yang terbatas untuk mendapatkan tambahan pahala
yang besar?
diantaranya
adalah dengan melakukan amal yang pahalanya terus mengalir, salah satunya
adalah amal jariyah.
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Jika
anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah
jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.''
(HR Muslim).
Hadis
di atas menjelaskan amal perbuatan seorang Muslim akan terputus ketika ia
meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada
tiga hal yang pahalanya terus mengalir walau manusia sudah meninggal dunia,
yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh.
Dalam
riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW
bersabda, ''Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang
ketika meninggal dunia adalah ilmu yang
bermanfaat,
anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Alquran, membangun
masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan
bersedekah.'' (HR Ibn Majah).
Makna
hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara
Pertama:
Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang
muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.
Kedua
: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia
masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.
Ketiga:
Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di
antaranya:
a.
Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang
bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah
b.
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang
lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan
terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
c.
Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya.
Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan
anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh
menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu orang tuanya masih
mendapatkan pahala meskipun orang tuanya sudah meninggal dunia.
Karenanya
selagi Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada kita, maka menjadi
keharusan kita bersama untuk mengisi kehidupan ini dengan amal sholeh yang
sebanyak-banyaknya. Karena hidup ini hanya sekali, manfaatkanlah sebelum
menyesal di akhirat nanti.
Sedangkan
amalan lain yang memiliki keistimewaan di sisi Allah adalah dengan menyantuni
anak yatim.
Masuk
surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang
beriman. Bagaimana pula dengan menemani Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam
didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang
menyantuni anak yatim.
Rosululloh
shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Aku
dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini",
Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya
sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhori].
Imam
Ibnu Bathol rohimahulloh berkata : "Orang yang mendengar hadis ini wajib
melaksanakannya, agar ia bisa menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa
sallam di surga. Di akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama dari
itu." Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata : "Isyarat ini cukup
untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan
kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari
tengah."
Tahukah
anda, apa hasil yang akan diperoleh dengan menyantuni dan mengasihi anak yatim,
apa sikap anda terhadap kebaikan ini ? Jika anda termasuk orang-orang yang
mampu, apakah anda pernah berpikir untuk menyantuni seorang anak yatim,
sehingga anda bisa menjadi sahabat nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga.
Untuk
menyantuni anak yatim anda tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah.
Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan
makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang
bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut.
Nabi
shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang
siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang
muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk
surga." [HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At Targhib, Al-Albaniy :
2543].
Wahai
anda yang ingin memperoleh apa yang bermanfaat bagi dirinya, jika anda mendapat
kesempatan untuk menyantuni anak yatim, jangan sekali-kali anda sia-siakan.
Jika anda tidak menyukai hal itu dan menyia-nyiakannya, maka pikirkanlah pahala
bagi orang yang menyantuni anak yatim. Tidakkah anda ingin menjadi sahabat Nabi
shollallohu 'alaihi wa sallam di sorga ?!.
11. Apa
Saja yang Digolongkan Amal Jariyah?
Assalamualaikum,
Pak Kiai, mohon panjelasannya, amal apa saja yang bisa digolongkan sebagai amal
jariyah (perbuatan/sedekah yang pahalanya tidak putus-putus)? Apakah hanya
wakaf masjid saja? Sukron. (Muhammad Khotami)
Wa’alaikumsalam
wa rahamatullah wa barakatuh.
Saudara
Muhammad Khotami yang selalu dimuliakan oleh Allah.
Pertanyaan
yang anda sampaikan juga sering kali dibicarakan oleh masyarakat muslim secara
luas. Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya diantara mereka banyak yang
menginginkan bonus masa depan atas amal yang mereka lakukan (pensiunan pahala),
meskipun mereka telah tidak aktif lagi (meninggalkan) kehidupan ini.
Istilah
“amal jariyah” mungkin hanya dapat dijumpai di Indonesia, mengigat dalam bahasa
induknya (Bahasa Arab), susunan kata ini tidak lazim bahkan dapat dikatakan
tidak tepat penggunaannya. Oleh karena itu, untuk menyamakan pemahaman kita
dalam menanggapi pertanyaan yang anda sampaikan, kami menggunakan istilah
shadaqah jariyah/ sedekah jariyah dengan arti sedekah (berderma) yang masih
mengalir pahalanya kepada si pelaku meskipun ia telah tiada.
Beberapa
waktu yang lalu kami pernah membahas permasalahan seputar sedekah jariyah
dengan mengutip sebuah sabda Nabi yang cukup populer, yakni hadis yang
menjelaskan bahwasannya diantara amal yang tidak terputus (pahalanya) meskipun
si pelaku telah meninggal dunia adalah sedekah jariyah. Hadis Rasulullah saw
ini selain diriwayatkan oleh imam Muslim, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud,
At-Tirmidzi dan tidak menutup kemungkinan para perawi hadis yang lain.
Kebanyakan
para ulama menjelaskan bahwa sedekah jariyah yang dimaksud dalam hadis tersebut
adalah waqaf, namun Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri
(w.1353 H) dalam kitab Tuhfat al-Ahwadzi (syarh sunan at-Tirmidzi), mengatakan
bahwa arti dari hadis tentang sedekah jariyah tidak hanya berlaku pada wakaf
semata. Hal itu berlaku pada tiap aktifitas yang masih berkelanjutan
manfaatnya.
قَالَ
فِي الْأَزْهَارِ هِيَ الْوَقْفُ وَشَبَهُهُ مِمَّا يَدُومُ نَفْعُهُ
Pendapat
ini tentunya tidak mengherankan mengingat sebagian ulama sebelumnya telah ada
yang berpikiran demikian seperti pendapat Ibnu al-‘Arabi sebagaimana dikutip
dalam kitab Dalil al-Falihin syarh Riyadh as-Shalihin karya Muhammad Ali bin
Muhammad bin ‘Allan bin Ibrahim al-Bakri (W 1057 H):
قال
ابن العربي: من سعة كرم الله تعالى أن يثيب على ما بعد الحياة كما يثيب على ذلك في
الحياة وذلك في ستة: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له، أو غرس، أو
زرع، أو الرباط
Artinya;
Ibnu al-‘Arabi berkata: “Sebagaian dari luasnya kedermawanan Allah swt adalah
bahwa Dia akan memberi pahala kepada orang yang telah meninggal sebagaimana
pemberian yang diberikan kepadanya ketika masih hidup. Hal itu berlaku dalam
enam hal: sedekah jariyah, ilmu yang masih dimanfaatkan oleh orang lain, anak
shaleh yang bersedia mendo’akannya, menanam pohon (mengadakan penghijauan),
menanam benih di ladang/kebun, serta menyediakan tempat untuk kaum dhuafa’.”
Saudara
penanya yang kami hormati.
Dengan
penjelasan dari beberapa ulama tersebut dapat kita fahami bahwa medan atau
cakupan sedekah jariyah dapat diperluas ke berbagai bidang selama masih
bermanfaat bagi generasi mendatang. Standar kemanfaatan tentunya mengacu kepada
hal-hal yang telah dibenarkan oleh syari’at.
Dalam
hal ini bidang keagaamaan, bidang sosial, serta bidang pendidikan masih membuka
peluang yang sangat besar untuk bersedekah. Mendirikan, membangun serta merawat
berbagai fasilitas yang sering dipergunakan seperti lembaga pendidikan,
pendirian rumah sakit, panti asuhan untuk anak yatim dan anak-anak terlantar
serta hal-hal lain yang masih membutuhkan uluran tangan dari kaum dermawan,
kesemuanya itu dapat dimasukkan dalam kategori sedekah jariyah. Jadi cakupan
sedekah jariyah sebagaimana pertanyaan yang anda sampaikan tentunya tidak hanya
berlaku pada waqaf untuk sarana peribadatan (masjid) saja.
Umat
Islam perlu mengembangkan dan memerapkan arti sedekah jariyah dalam lingkup
yang lebih luas. Jika ini yang terjadi maka cita-cita untuk mewujudkan ‘Izz
al-Islam wa al-Muslimin (kemuliaan Islam dan pemeluknya) sebagaimana harapan
Nabi kita akan terwujud.
Mudah-mudahan
penjelasan ini dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan kepekaan kita terhadap
masalah-masalah keagamaan, sosial dan pendidikan di tengah-tengah masyarakat
Indonesia, sehingga keterbelakangan yang selama ini melekat kepada bangsa kita
akan segera terkikis. Amin… (Maftukhan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar