Kamis, 18 Januari 2018

KUMPULAN ARTIKEL TENTANG AMAL JARIYAH



1.     7 Amal Jariyah
Muhammad Abduh Tuasikal
Contoh Sedekah Jariyah Hadits Tentang Amal Jariyah Apa Itu Sedekah Jariyah Pahala Jariyah Sodaqoh Jariyah
Amal jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, meski orang yang melakukan amalan itu sudah meninggal dunia. Amalan itu terus menghasilkan pahala yang terus mengalir.
Kalau kita perhatikan ada beberapa hadits yang menyebutkan hal ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
Kata kunci: إلا من صدقة جارية, أو علم ينتفع به, أو ولد صالح يدعو له
"Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya pasti tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu didoakan orang tuanya." (HR Muslim no 1631)
Yang dimaksud dalam hadits adalah tiga amalan yang tidak terputus pahalanya:
Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, sumur bor, buku yang bermanfaat dan berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar'i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia dunia.
Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, jadi nanti anak itu tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak itu menjadi tujuan, yaitu ortunya masih pahala az ortunya sudah meninggal dunia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu' alaihi wa sallam bersabda,
إن مما يلحق المؤمن من عمله وحسناته بعد موته علما علمه ونشره وولدا صالحا تركه ومصحفا ورثه أو مسجدا بناه أو بيتا لابن السبيل بناه أو نهرا أجراه أو صدقة أخرجها من ماله في صحته وحياته يلحقه من بعد موته
"Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:
·         Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.
·         Anak shalih yang ia tinggalkan.
·         Mushaf Al-Qur'an yang ia wariskan.
·         Masjid yang ia bangun
·         Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun
·         Sungai yang ia alirkan.
·         Sedekah yang ia keluarkan dari harta saat ia sehat dan hidup.
Semua itu akan selesai setelah dia mati. "(HR Ibnu Majah, no 242, Al Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dihasankan oleh Al-Mundziri. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Imam Suyuthi rahimahullah berbicara dalam bait syairnya:
إذا مات ابن آدم ليس يجري عليه من فعال غير عشر
علوم بثها ودعاء نجل وغرس النخل والصدقات تجري
وراثة مصحف ورباط ثغر وحفر البئر أو إجراء نهر
وبيت للغريب بناه يأوي إليه أو بناه محل ذكر
وتعليم لقرآن كريم فخذها من أحاديث بحصر
"Jika manusia itu dunia, maka kebaikan dari perbuatan orang lain itu berhenti pasti sepuluh perkara:
·         Ilmu yang ia sebarkan
·         Do'a dari anak (keturunannya)
·         Menanam kurma
·         Sedekah jariyah
·         Mewariskan mushaf (Al-Qur'an)
·         Menjaga di
·         Menggali sumur atau mengalirkan sungai
·         Membangun rumah untuk orang asing (musafir)
·         Membangun majelis dzikir
·         Mengajarkan Al-Qur'an Al-Karim
Ambillah dari hadits yang telah diringkas. "

Oleh:  Muhammad Abduh Tuasikal


2.     Amal Jariyah – Hukum, Keutamaan dan Jenisnya

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ؛ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim)
Demikianlah Hadist Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam terkait dengan perkara-perkara yang pahalanya tidak akan terputus meskipun seseorang telah meninggal dunia, salah satunya adalah dengan beramal jariyah.
Apakah amal jariyah itu?
Menurut bahasa, amal jariyah diartikan sebagai suatu perbuatan yang terpuji. Sedangkan menurut syara’, amal jariyah didefinisikan sebagai memberikan sesuatu yang bernilai manfaat guna tujuan kemaslahatan sebagai salah satu bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.
Pada dasarnya, kebaikan dan keimanan yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya dipandang dari sholat maupun ibadah lain yang ia kerjakan, akan tetapi juga dilihat dari bentuk kasih sayang yang ia berikan kepada sesamanya. Salah satunya adalah dengan cara menginfakkan atau menafkahan sebagian harta yang ia miliki di jalan Allah SWT. Misalnya dengan membangun masjid dan sekolah-sekolah, bersedekah bagi mereka yang membutuhkan, mewakafkah Al-Qur’an, dan bentuk kebajikan lainnya.
Allah SWT berfirman :
لَنتَنَالُواْالْبِرَّحَتَّىتُنفِقُواْمِمَّاتُحِبُّونَوَمَاتُنفِقُواْمِن شَيْءٍفَإِنَّاللّهَ بِهِعَلِيمٌ
Artinya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali- Imron ayat 92)
Dengan demikian, amal jariyah bisa diartikan salah satu bentuk kebajikan yang dapat mendatangkan pahala yang cukup besar bagi pelakunya, meskipun  ia telah meninggal dunia.
Apa hukum amal jariyah?
Amal jariyah merupakan suatu bentuk amalan yang memiliki kedudukan yang terpuji di sisi Allah SWT. Meskipun tidak ada keharusan atau kewajiban untuk melaksanakannya, akan tetapi Islam sangat menekankan umatnya untuk melakukan hal tersebut, meskipun hanya sedikit.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :
لا تستحيوا من إعطاء القليل فإن الحرمان أقل منه
Artinya “Jangan kamu malu dengan pemberian yang sedikit kerana tidak memberi langsung lebih sedikit daripadanya.”
Akan tetapi yang perlu diingat alam beramal jariyah diantaranya adalah amal jariyah yang dilakukan harus memiliki dasar hukum yang kuat, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam “Barang siapa yang melakukan amalan tanpa ada dasarnya dari kami maka tertolak.”
Hal lain yang perlu diingat dalam beramal jariyah adalah tidak mengiringi apa yang ia nafkahkan dengan menyebut-nyebut pemberiannya tersebut, apalagi jika sampai hal itu menyakiti perasaan si penerima bantuan.
Allah SWT berfirman :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al- Baqarah ayat 262)
Apa keutamaan beramal jariyah?
Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam bersabda :
ثَلاَثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ ، وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ ، وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلِمَةً ، فَصَبَرَ عَلَيْهَا ، إِلاَّ زَادَهُ اللهُ عِزًّا ، وَلاَ فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ ، إِلاَّ فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ ، أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ،  وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا ، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُ للهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
Artinya:
“Ada tiga perkara yang aku bersumpah atasnya, dan aku akan menceritakan kepada kalian suatu perkataan, maka hafalkanlah. Beliau bersabda: “Harta seorang hamba tidaklah berkurang disebabkan shodaqoh, dan tidaklah seorang hamba terzholimi dengan suatu kezholiman lalu ia bersabar dalam menghadapinya melainkan Allah menambahkan kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu utk meminta-minta (kepada orang lain, pent) melainkan Allah akan bukakan baginya pintu kefakiran, -atau suatu kalimat semisalnya-. Dan aku akan sampaikan kepada kalian satu perkataan kemudian hafalkanlah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya dunia ini hanya milik empat golongan saja : (1) Seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu kemudian ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahim dan mengetahui hak-hak Allah, inilah kedudukan yang paling mulia (2) Seorang hamba yang dikaruniai ilmu tapi  tidak dikaruniai harta, kemudian dengan niat yang tulus ia berkata: ‘Jika seandainya aku mempunyai harta, maka aku akan beramal seperti amalannya si fulan itu.’  Dengan niat seperti ini, maka pahala keduanya sama, (3) Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa dasar ilmu, , ia tidak bertakwa kepada Rabbnya, tidak menyambung silaturrahim, dan tidak mengetahui hak-hak Allah, maka ia berada pada kedudukan paling rendah, (4) Dan seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan juga ilmu oleh Allah ta’ala, lantas ia berkata: ‘Kalau seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan berbuat seperti yang dilakukan si Fulan.’ Maka ia dengan niatnya itu, menjadikan dosa keduanya sama.” (HR. At- Tirmidzi dan Ahmad)
Firman Allah SWT :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
 “Perumpamaan orang -orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai:tumbuh seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- Baqarah ayat 261)
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
 “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al- Baqarah ayat 271)
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُّهِيناً
Artinya:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan.(QS. An- Nisa ayat 36-37)
Dari Firman Allah Dalam Surat Al- Baqarah ayat 261 dan 271, surat An- Nisa ayat 36-37, serta Hadist Riwayat At- Tirmidzi dan Ahmad di atas, maka bisa disimpulkan tentang berbagai keutamaan dari amal jariyah, diantaranya :
Seseorang yang melakukan shodaqoh atau amal jariyah, maka hal tersebut tidak akan pernah membuat hartanya berkurang, justru hal tersebut akan membukakan pintu rezeki bagi pelakunya.
Mereka yang melakukan amal jariyah memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT
Allah SWT melipatgandakan pahala bagi siap saja yang melakukan amal jariyah, dan pahala dari perbuatan tersebut tidak akan pernah terputus meskipun pelakunya telah meninggal dunia.
Allah SWT akan menghapuskan segala kesalahan dan dosa-dosa bagi pelaku amal jariyah
Dengan beramal jariyah, maka pintu-pintu keburukan akan tertutup dan pintu-pintu kebaikan akan terbuka dengan lebar.
Amal jariyah merupakan salah satu tanda syukur atas karunia yang telah diberikan Allah SWT. Selain itu, perbuatan tersebut juga dapat mencerminkan keimanan seorang hamba kepada penciptanya.
Amal jariah merupakan suatu perbuatan yang dapat membersihkan jiwa seseorang dari sifat kikir, sombong, dan tamak. Karena sifat-sifat tersebut dapat menghantarkan seseorang ke dalam siksa api neraka.
3.     Amal Jariah
Kata-kata amal jariyah sudah menjadi bahasa sehari-hari seperti Bahasa Indonesia yang lain. Lepas kata amal jariyah tersebut yang berasal dari bahasa Al-Qur'an dari kata-kata a'malun (perbuatan hasil karya) yang mengalami perubahan bentuk bisa menjadi a'mila yang berarti "mengerjakan". Dan kata a'mila ini sangat bersatu dengan kata-kata "shalihan" (shaleh) menjadi "amila shalihan" (mengerjakan amal shaleh). Penyatuan dua ini bisa dijumpai dalam QS. Al-Baqarah: 62, QS. Almaidah: 69, QS. An-Nahl: 97, QS. Al-Kahfi: 88, QS. Maryam: 60, QS. Thaha: 75,82 dan masih banyak lagi ayat-ayat itu. Demikian kata-kata a'milu juga menyatu dengan kata-kata "shalihat" menjadi "a'milu shalihat" (sama baik) ayat-ayatnya pun bisa dijumpai dalam QS. Al-Baqarah: 25,82,277; QS. Al-A'raf: 43, QS. Yunus: 4 dan masih banyak lagi ayat-ayat itu.
Seperti kata "jariyah" (aliran) dalam Al-Qur'an tidak pernah menyatu dengan kata-kata amal jariyah yang sering disebut sebagai "amal jariyah". Kata "jariyah" di dalam Al-Qur'an dapat dijumpai dalam surat Al-Haqqah: 11 dan Al-Ghasyiyyah: 12 dan Al-Dzariyat: 3 dan ini semuanya tidak menyatu dengan kata-kata a'malan, a'milun.
Dalam tuturan sehari-hari, kita telah menyatukan dua kata ini, dalam Al-Qur'an sehingga sebutannya menjadi "amal jariyah" yang berarti baik baik yang terus mengalir baik manfaatnya, amupun pahalanya. Jadilah cinta dengan QS. At-Tin: 6, "kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya".
Penyatuan kedua kata dalam Al-Qur'an (a'mal jariyah) ini sebenarnya menunjukkan dorongan atau motivasi turun kita secara istiqamah (terus terang) mengerjakan perbuatan kebajikan, karena dibalik itu ada manfaat dan pahala yang terus mengalir tanpa putus. Hanya saja butuh telaah yang lebih dalam apa yang dimaksud dengan amal jariyah itu? Dalam hal ini banyak orangutan adalah amal jariyah itu bentuk perbuatan baik seperti menyumbang semen, batu, besi untuk pembangunan masjid, madrasah, jembatan dan sebagainya. Faham seperti ini membuat orang marah kalau benda yang disumbangkan itu diganti atau tidak dimanfaatkan lagi. Seakan-akan pahalanya sudah terputus. Rasakan menurut saya, amal jariyah itu yang kita ketahui adalah pengakuan kita untuk taqarub kepada Allah. Jadi bukan fisik bendanya, tapi kesadaran tulus memberi karena Allah lah yang menjadi amal jariyah (kebaikan yang terus mengalir tiada putus pahalanya). So when fisik benda yang disumbangkan itu hancur / rusak atau diganti, maka pahala bagi penyumbang pun terus mengalir alias tidak pernah terputus. Karena yang sampai dihadapan Allah itu bukan benda secara fisik, tapi karena ketaqwaan kita yang mau menyumbang itu. Perhatikan firman Allah: "Daging-dagimg unta dan darahnya itu tidak bisa mencapai (keridhaan) Allah, tapi ketaqwaan dari kamulah yang bisa mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu, jadilah kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya untuk kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sama baik "(QS. Al-Hajj: 37). Ayat ini tegas tegas yang mana yang mencapai keridhaan Allah itu adalah ketaqwaan kita secara spiritual, bukan secara fisik atau benda. Jadi kita tidak perlu marah apalagi mengungkit atau infaq dan sedekah kita baiknya hibah, wakaf dan lain sebagainya. Bila benda yang diberikan itu diganti dengan yang lain apalagi gantinya lebih baik dari itu, tentunya lebih besar lagi pahala jariyah kita. Disinilah yang kita minta ikhlas beramal yaitu amal shalih yang kita simpan selamanya, tanpa mengungkap atau mengungkitkan kembali, karena hanya Allah sajalah yang tahu semuanya itu. Dan lengkap, mari kita terus beramal jariyah kapan dan diamanapun saja, dan kita sejatinya kaya kita disisiAllah SWT. Ingat amal jariyah tidak mengenal usia, siapa saja dan apa saja yang bisa kita buat untuk meraih keridhaan-Nya.
4.     Pengertian mengenai amal jariah dan dosa jariah
Buat para sobat yang belum tahu mengenai hal tersebut, pada saat ini dan pada postingan kali ini saya akan menjelaskanya kepada sobat secara sederhana agar lebih mudah udah di pahami.
Pengertian amal jariah
Untuk yang pertama yang akan saya jelaskan yaitu adalah amal jariah. Amal jariah sendiri dalam bahasa arab berarti amal yang mengalir. Maksudnya, perbuatan baik yang akan terus mendatangkan pahala bagi pelakunya walaupun si pelaku sudah meninggal (berada di akhirat).
Hal itu juga sundah di jelaskan dalam hadist dari Abu Hurairah, yang berbunyi :
Rasulullah SAW bersabda,"apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatanya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang mendoakanya" (HR. Muslim).
Untuk lebih jelasnya mengenai ke tiga perbuatan (amal) yang di jelaskan dalam hadist tersebut, saya akan coba jelaskan semudah-mudahnya, silahkan simak di bawah ini.
Sedekah jariah
Sedekah jariah adalah sedekah yang juga dapat di katakan dengan sedekah yang di wakafkan. Sedekah jariah sebenarnya berbeda dengan sedekah pada umumnya, sedekah ini adalah sebuah sedekah yang di berikan dengan ikhlas untuk kepentingan orang banyak dan biasanya bermanfaat dalam jangka panjang. Contohnya, sobat mempunyai sebidang tanah, dan tanah tersebut sobat wakafkan untuk tempat didirikan sebuah masjid, maka sobat juga akan mendapatkan pahala dari orang yang beribadah di masjid tersebut dan pahala itu juga akan menglir terus tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melakukan ibadah, bahkan walaupun sobat sudah wafat.
Ilmu yang bermanfaat
Ilmu yang bermanfaat yang di maksud di sini adalah ilmu yang di ajarkan atau di sebarkan ke pada orang lain, dan ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk orang tersebut. Contoh mudahnya adalah, seorang guru mengajarkan cara sholat kepada murid-muridnya, apabila si murid terus mengamalkan ajaran dari gurunya itu (sholat), maka pahala akan terus mengalir kepada orang yang si guru selama murid yang di ajari tersebut terus melakukan (mengamalkan) ilmu yang gurunya ajarkan.
Anak sholeh yang mendoakan orangtuanya
Anak sholeh sebenarnya adalah bukan hanya dalam artian anak baik, tapi juga selalu taat dalam beribadah ke pada Allah SWT (rajin beribadah, khususnya ibadah wajib). Tapi saya kurang tahu apakah yang di maksud di sini memang hanya doa dari anak sholeh saja, alias doa anak yang tidak sholeh (tidak rajin beribadah khususnya ibadah wajib atau malah sangat jarang melakukan ibadah wajib) tidak termasuk, saya tidak tahu, jadi silahkan tanya pada ahlinya.
Apakah cuma ke tiga hal itu yang termasuk amal jariah?.
Sebenarnya selain tiga hal itu, masih ada beberapa lagi perbuatan yang akan terus mengalirkan pahala kepada pelaku. Karena dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, yang berbunyi.
Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukanya meninggal dunia ialah, ilmu yang di sebarluaskanya, anak sholeh yang di tinggalkanya, mushaf (kitab-kitab ke agamaan) yang di wariskannya, masjid yang di bina, rumah yang di bina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan, sungai yang di alirkan untuk orang ramai, dan harta yang di sedekahkanya (HR. Ibnu Majah).
Ada amal jariah, tentunya ada juga dosa jariah
Apakah yang di maksud dengan dosa jariah?. Jika sobat telah tau apa itu amal jariah, tentu sobat akan langsung dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat mudah.
Sebenarnya dosa jariah hampir sama dengan amal jariah, hanya saja jika dosa jariah adalah sebuah perbuatan yang akan mengalirkan dosa bahkan sampai  si pelaku wafat.
Contohnya di dalam jaman sekarang adalah, sobat membangun sebuah diskotik dan pada saat itu sobat sudah tahu jika diskotik adalah sebuah tempat yang banyak terdapat sebuah kemaksiatan. Nah setiap orang yang melakukan maksiat di tempat tersebut, maka sobat juga akan mendapatkan dosa walaupun sobat tida ikut melakukanya, dan dosa itu akan terus mengalir sampai kapanpun selama tempat tersebut terus di gunakan untuk kemaksiatan.
Setelah kita mengerti tentang apa itu amal jariah dan dosa jariah, semoga kita termasuk golongan yang suka melakukan amal jariah dan bukan golongan yang suka berbuat dosa jariah atau pernah melakukanya, serta semoga kita tidak akan melakukan dosa ini sampai kapanpun, amin.
Itulah artikel dari saya tentang pengertian mengenai amal jariah dan dosa jariah, semoga apa yang saya sampaikan di dalam artikel ini dapat bermanfaat untuk para sobat semua. Oke, kalo gitu cukup sekian see you guy's.


5.     Tujuh Amal Jariyah Yang Pahalanya Mengalir Sampai Hari Kiamat
Segala pujian hanya kepada Allah, Tuhan sekalian alam. Sholawat serta salam teriring kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa  istiqamah menjalani sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Amal Jariyah adalah sebuah amalan yang pahalanya akan terus menerus mengalir hingga hari kiamat, walau pun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia.
Hadis tentang amal jariyah yang popular dari Abu Hurairah menerangkan bahawa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya" (Hadis Riwayat Muslim).
Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariyah.
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda maksudnya, "Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya meninggal dunia ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak soleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang ramai, dan harta yang disedekahkannya "(Hadis Riwaya Ibnu Majah).
Berikut Penjelasannya :
Di dalam hadits diatas disebutkan tujuh macam amal yang tergolong amal jariah, ke tujuh amalan tersebut adalah :
1. Ilmu yang di sebarluaskan :
Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal (seperti sekolah, universitas , lembaga kursusj dan institusi) dan pendidikan tidak formal seperti perbincangan ilmiah, tazkirah di masjid-masjid, ceramah umum, kursus motivasi, program dakwah dan tarbiah dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku-buku yang berguna , menulis kitab-kitab agama dan menyebarkan bahan-bahan pendidikan Islam melalui artikel-artikel tazkira facebook atau blog.
2. Anak soleh yang ditinggalkan :
Didiklah anak mu menjadi anak yang soleh, karena Anak yang soleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia dan selalu mendo'akan orangtuanya. Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang diperbuat oleh anak soleh pahalanya sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah meninggal dunia tanpa mengurangkan nilai atau pahala yang diterima oleh anak-anak tadi. Doa anak yang soleh kepada orang tuanya mustajab di sisi Allah SWT.
3. Mushaf (kitab-kitab agama) yang diwariskannya :
Mewariskan kitab suci al-Quran, kitab tafsir al-Quran, mushaf (buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri dan masyarakatnya. Untuk sekolah-sekolah agama dan maahad tahfiz dan untuk perpustakaan awam. Selagi kitab-kitab tersebut digunakan sebagai bahan bacaan dan rujukan maka orang yang mewakafkan akan mendapat pahala yang terus-menerus mengalir.
4. Masjid yang dibina :
Membangun masjid. Perkara ini selaras dengan sabda Nabi SAW yang bermaksud, "Barangsiapa yang membangunkan sebuah masjid kerana Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga" (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Orang yang membina masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang mengerjakan amal ibadah di masjid tersebut. Termasuk juga mewakafkan tanah untuk pembinaan masjid.
5. Rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan :
Membangun rumah musafir atau pondok bagi orang-orang yang bermusafir untuk kebaikan adalah suatu amalan sangat di anjurkan. Setiap orang yang memanfaatkannya, baik untuk beristirahat sebentar maupun untuk bermalam dan keperluan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang yang menyediakannya. Termasuk juga kita membina pondok peristirahatan ditepi-tepi jalan yang tidak di kelola oleh pemerintah.
6. Sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang ramai,
Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tempat-tempat orang yang memerlukannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang ramai. Setelah orang yang mengalirkan air itu meninggal dunia dan air itu tetap mengalir serta terjaga dari pencemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.
Semakin ramai orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang membuat sebuah telaga / danau lalu airnya diminum oleh jin atau burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya pahala kelak di hari kiamat." (Hadis Riwaya Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).
7. Harta yang disedekahkannya :
Menyedekahkan sebahagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Selain daripada harta yang diberikan sebagai sedekah, termasuk juga mewakafkan tanah untuk pembangunan pendidikan Islam, rumah anak yatim, maahad tahfiz, tanah perkuburan dan rumah oarng-orang jompo. Selagi tanah tersebut digunakan untuk kebaikan maka pahalanya akan terus-menerus mengalir kepada pemberi tanah wakaf tersebut.
Nabi SAW bersabda "Sesungguhnya sedekah itu benar-benar dapat memadamkan panasnya siksa kubur bagi pelakunya, sesungguhnya orang mukmin kelak di hari kiamat hanyalah bernaung dibawah naungan sedekahnya. (Hadis Riwayat Al-Tabrani)
Sedekah dapat di jadikan sebagai pemberi syafaat bagi pelakunya . Di dalam kubur ia mendapatkan kesejukan berkat sedekahnya dan terhindar dari panasnya kubur. Demikian pula di hari kiamat, ia akan mendapatkan naungan dari amal sedekahnya, padahal ketika itu kebanyakan manusia berada di dalam kepanasan yang tiada taranya. Dalam hadis lain di sebutkan bahawa sedekah itu dapat menolak kemurkaan Allah.
Sahabat yang dimuliakan,
Sifat yang perlu dihindari atau di cegah adalah sifat bakhil, kecintaan yang berlebihan terhadap nikmat dunia dan kurang peka terhadap keperluan orang lain. Sikap mementingkan diri sendiri sebenarnya tidak ada dalam ajaran Islam.
Lihatlah bagaimana mereka yang orang-orang mukmin yang kaya raya seperti Usman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf. Mereka tidak bahil dengan harta yang mereka miliki, sebaliknya merekalah yang muncul sebagai penyumbang utama kepada usaha meningkatkan syiar agama termasuk dalam aspek menyalurkan aneka bantuan kepada masyarakat.
Sejarah dengan jelas mencatatnya dalam tinta emas kedudukan mereka itu yang begitu berkepribadian luhur dalam usaha membantu golongan miskin. Inilah sebenarnya yang Islam kehendaki, yaitu yang kaya membantu mereka yang miskin. Barulah bermakna dan bermanfaat segala harta dunia yang dimiliki.
Firman Allah SWT berikut ini wajar kita ingat selalu : "Dan tuntutlah dengan harta kekayaan yang telah dikurniakan Allah kepadamu akan pahala dan kebahagiaan hari akhirat dan janganlah engkau melupakan bahagianmu (keperluan dan bekalanmu) dari dunia dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu (dengan pemberian rahmat-Nya yang melimpah-limpah) dan janganlah engkau melakukan kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berbuat kerusakan." (Surah al-Qasas ayat 77)
Justru, daripada apa yang dinyatakan Allah SWT itu jelaslah bahwa kita diwajibkan berusaha menggandakan usaha mencari kekayaan dunia tetapi dalam kerangka kehidupan yang seimbang untuk dunia dan akhirat. Dengan demikian kita sebenarnya dianjurkan berusaha dengan keras memperoleh kekayaan dunia agar dapat meningkatkan kualitas ibadah yang berhubungan secara langsung dengan Allah SWT dan sesama manusia. Inilah yang diajarkan kepada kita semua.
Allah SWT berfirman "Orang yang membelanjakan (mendermakan) hartanya pada waktu malam dan siang, dengan cara tersembunyi atau berterang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhan mereka dan tiada kebimbangan (daripada berlakunya kejadian yang tidak baik) kepada mereka, dan mereka pula tidak akan bersedih" (Surah al-Baqarah ayat 274).
Berkaitan dengan firman Allah ini, Imam al-Khazin dalam tafsirnya memberitahu kita bahwa: "Dikatakan bahwa ayat ini berlaku umum untuk setiap orang yang membelanjakan harta mereka pada setiap waktu dan merata untuk semua kalangan, baik yang berada dalam kesulitan memenuhi keperluan, dan mereka yang meminta-minta serta hidup dalam kemelaratan."
Sahabat yang dikasihi,
Rasulullah SAW sepanjang hayat baginda sangat memandang tinggi sikap dermawan yang tidak bakhil dengan menyumbangkan hartanya ke jalan kebaikan. Dengan kenyataan yang juga berbentuk satu motivasi buat umatnya, baginda berpesan kepada kita: "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, dan tangan yang di atas suka memberi dan tangan yang di bawah suka meminta." (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dan Abu Daud)
Teruskan beramal jariah kerana inilah jenis amalan yang terus menerus mengalir umpama air sungai yang mengalir kepada mukmin yang melakukannya samasa ketika mereka masih hidup di dunia ataupun ketika telah meninggal dunia.


6.     Amal Jariyah
Subhanallah, jangan pernah meremehkan amal jariyah walau segenggam pasir, Rp 100, atau bahkan hanya doa. "Sesungguhnya, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal kebaikan hamba-Nya sekecil apa pun." (QS Yusuf 90). "Takutlah kalian kepada neraka meski dengan hanya (bersedekah) separuh kurma dan kalimat yang baik." (HR Muttafaq Alaih).
Sungguh, semuanya akan menjadi pahala, saksi, obat, mempermudah urusan, dicintai Allah, rasul-Nya, para malaikat-Nya, dan umat manusia, wasilah memperingan saat sakaratul maut, mengundang keberkahan, penerang kubur, muka bercahaya, dan syafaat akhirat. Dan, sungguh pintu surga yang paling besar adalah asy-Syakhoya yang hanya dilewati oleh hamba-hamba Allah dermawan.
Amal jariyah adalah sebuah amalan yang pahalanya akan terus-menerus mengalir hingga hari kiamat walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia. Hadis tentang amal jariyah yang populer dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, terputuslah semua (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (Hadis Riwayat Muslim).
Selain dari ketiga jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam amal jariyah. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya meninggal dunia ialah ilmu yang disebarluaskan, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangun dan dimakmurkan, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan, sungai yang dialirkan untuk kepentingan orang ramai, dan harta yang disedekahkan." (Hadis Riwayat Ibnu Majah).
Ilmu yang disebarluaskan, tentu di dalamnya bermakna pesantren atau sekolah, baik pendidikan formal (seperti sekolah, universitas, lembaga kursus, dan institusi) maupun pendidikan tidak formal, seperti perbincangan ilmiah, tazkirah di masjid-masjid, ceramah umum, kursus motivasi, program dakwah, tarbiyah dan sebagainya. Termasuk, dalam kategori ini adalah menulis buku-buku yang berguna, menulis kitab-kitab agama, dan menyebarkan bahan-bahan pendidikan Islam melalui artikel-artikel tazkira via medsos atau blog.
Anak saleh yang dimaksud juga bukan saja bermakna anak biologis, melainkan juga termasuk anak hasil dari proses edukasi. Kehadiran nilai kesalehan yang menyebar dari anak-anak kita tersebut adalah jariyah berharga untuk mengetam nilai dan kedudukan mulia di hadapan-Nya.
Allahu Akbar walillahilhamd, masjid dan pesantren az-Zikra di Gunung Sindur kini 80 persen strukturnya sudah selesai. Dan, dari ruang ini, kami membuka lelang amal jariyah 5.000 meter marmer, per meter Rp 500 ribu, atau per sak semen Rp 72 ribu, atau berkenan mengantar langsung amal sedekahnya ke Desa Cibadung Gunung Sindur Bogor, atau cukup doa ikhwah dengan tulus untuk keamanahan kami dalam menggelorakan semangat berjariyah di jalan Allah melalui penyebaran ilmu dan melahirkan generasi saleh dari masjid dan pesantren.
Amal jariyah kita insya Allah diterima Allah SWT dan berbalas dengan ridha, rahmat, berkah, dan surga-Nya. Amin.  Oleh Muhammad Arifin Ilham




7.     AMALAN YANG TETAP MENGHASILKAN PAHALA
Oleh: Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr[1]

عَنْ أَنَسٍ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ : سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
Dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) : Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149. hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam shahihul Jami’, no. 3602
Sungguh di antara nikmat agung Allâh yang diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman adalah Allâh Azza wa Jalla menyediakan pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak bagi mereka. Pintu-pintu kebaikan yang bisa dikerjakan oleh seorang hamba yang mendapatkan taufiq semasa hidupnya di dunia, namun pahalanya akan terus mengalir sepeninggal si pelaku. (Aliran pahala ini sangat dibutuhkan oleh orang yang sudah meninggal.) Karena orang yang sudah meninggal itu tergadai, mereka tidak bisa lagi beramal dan mereka akan diminta pertanggungan jawab lalu diberi balasan dari perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka. (Berbahagialah !) orang yang mendapatkan taufiq (dalam hidupnya, karena) di dalam kuburnya kebaikan-kabaikan, pahala dan keutamaan akan terus mengalir baginya. Dia sudah tidak lagi beramal akan tetapi pahalanya tidak terputus, derajatnya bertambah, dan kebaikannya semakin berkembang, serta pahalanya berlipat ganda padahal dia sudah terbaring kaku dalam kuburnya.
Alangkah mulianya; Alangkah indah dan alangkah nikmatnya. (Semogga Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan akhir kehidupan yang baik bagi kita semua).
(Bagaimanakah menggapai harapan setiap insan beriman itu ?) Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir kepada seorang hamba setelah ia meninggal.
Wahai saudaraku ! Renungkanlah sejenak amalan-amalan ini lalu berusahalah untuk mendapatkan bagian darinya selama engkau masih diberi kesempatan di dunia. Bergegaslah untuk mengerjakannya sebelum umurmu habis dan ajal datang menjemput !
Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang amalan-amalan tersebut :
1. Mengajarkan Ilmu.
Kata ilmu yang dimaksudkan disini adalah ilmu bermanfaat yang bisa mengantarkan seseorang agar mengerti tentang agama mereka, bisa mengenalkan Rabb dan sesembahan mereka; ilmu yang bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus; Ilmu yang dengannya bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebathilan, serta halal dan haram. Dari sini, nampak jelas besarnya keutamaan para Ulama yang selalu mamberi nasehat dan para da’i yang ikhlas. Merekalah (ibarat) pelita bagi manusia, penyangga negara, pembimbing umat dan sumber hikmah. Hidup mereka merupakan kekayaan dan kematian mereka adalah musibah. Karena mereka mengajari orang-orang yang tidak tahu, mengingatkan yang lalai, serta menerangkan petunjuk kepada orang yang sesat. Ketika salah seorang dari para Ulama meninggal dunia, maka ilmunya akan tetap abadi terwariskan di tengah masyarakat, buku karya dan perkataannya akan senantiasa beredar. Masyarakat bisa memanfaatkan dan mengambil faidah dari buah karya mereka. (Dengan sebab inilah) pahala akan terus mengalir, meski mereka sudah berada dalam kuburan.
Dahulu banyak orang mengatakan, “Seorang yang berilmu meninggal dunia sementara kitabnya masih ada.” Namun sekarang, suaranya (pun) terekam dalam pita-pita kaset (atau kepingan CD) yang berisi pelajaran-pelajaran ilmiyah, muhadharah dan khuthbah-khuthbah yang sarat dengan manfaat, sehingga generasi-generasi yang datang setelahnya bisa mengambil manfaat darinya.
Orang yang berpartisipasi dalam mencetak buku-buku yang bermanfaat, dan menyebarkan buku-buku karya para Ulama yang sarat dengan faedah serta membagikan kaset-kaset ilmiyyah maka dia juga mendapatkan pahala yang besar dari sisi Allâh Azza wa Jalla .
2. Mengalirkan Sungai
Maksudnya adalah membuat aliran-aliran sungai dari mata air dan sungai induk, supaya airnya bisa sampai ke pemukiman masyarakat serta sawah ladang mereka. Dengan demikian, manusia akan terhindar dari dahaga, tanaman tersirami, serta binatang ternak mendapatkan air minum.
Betapa pekerjaan besar ini akan menghasilkan begitu banyak kebaikan bagi manusia dengan membuat kemudahan bagi dalam mengakses air yang merupakan unsur terpenting dalam kehidupan. Semisal dengan ini yaitu mengalirkan air ke pemukiman masyarakat melalui pipa-pipa, begitu pula menyediakan tandon-tandon air di jalan-jalan dan tempat-tempat yang mereka butuhkan.
3. Menggali Sumur
Ini sama dengan penjelasan di atas. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Suatu ketika ada seorang lelaki yang menahan dahaga yang teramat berat berjalan di jalan, lalu dia menemukan sumur. Dia turun ke sumur itu lalu meminum kemudian keluar. Sekonyong-konyong dia mendapati seekor anjing terengah menjulurkan lidahnya menjilat tanah karena saking hausnya. (Melihat pemandangan ini,) lelaki itu mengatakan, ‘Anjing ini telah dahaga yang sama dengan yang aku rasakan.’ Lalu dia turun ke sumur itu dan memenuhi sepatunya dengan air lalu diminumkan ke anjing tersebut. Maka (dengan perbuatannya itu) Allâh Azza wa Jalla bersyukur untuknya dan memberikan maghfirah (ampunan)-Nya. Para shahabat bertanya, “Apakah kita bisa mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, pada setiap nyawa itu ada pahala.” [2]
Ini pahala yang didapatkan oleh orang yang memberikan minum, lalu bagaimana dengan orang yang menggali sumur yang dengan keberadaannya akan tercukupi kebutuhan minum banyak orang dan bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.

4. Menanam Pohon Kurma
Telah diketahui bersama bahwa pohon kurma merupakan pohon termulia dan memiliki banyak manfaat buat manusia. Maka barangsiapa menanam pohon kurma dan mendermakan buahnya untuk kaum Muslimin, maka pahalanya akan terus mengalir setiap kali ada orang memakan buahnya atau setiap kali ada yang memanfaatkannya baik manusia maupun hewan. Ini juga berlaku bagi siapa saja yang menanam segala macam pohon yang bermanfaat bagi manusia. Penyebutan kurma dalam hadits di atas secara khusus disebabkan keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh pohon kurma.
5. Membangun Masjid
Masjid merupakan tempat yang paling dicintai Allâh Azza wa Jalla. Sebuah tempat yang Allâh perintahkan untuk diangkat dan disebut nama-Nya di sana. Apabila masjid telah dibangun maka di sana akan dilaksanakan shalat, dibaca ayat-ayat al-Qur’ân, nama-nama Allâh Azza wa Jalla akan disebut, ilmu-ilmu akan diajarkan, serta bisa menjadi tempat berkumpulnya kaum Muslimin, masih banyak faedah-faedah yang lain. Masing-masing poin itu bisa menghasilkan pahala.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ يَقُوْلُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah Allâh Azza wa Jalla, maka Allâh Azza wa Jalla akan membangunkannya rumah yang sama di surga.[3]
6. Mewariskan al-Qur’ân
Ini bisa dilakukan dengan cara mencetak atau membeli mushaf al-Qur’an lalu mewakafkannya di masji-masjid dan majlis-majlis ilmu agar bisa dimanfaatkan oleh kaum Muslimin. Orang yang mewakafkan mushaf al-Qur’an akan mendapatkan pahala setiap kali ada orang yang membacanya, mentadabburi maknanya dan mengamalkan kandungannya.
7. Mendidik Anak-anak
Memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak serta berusaha maksimal membesarkan mereka dalam ketaqwaan dan kebaikan. Sehingga diharapkan, mereka akan menjadi anak-anak yang berbakti dan shalih, yang mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua mereka, dan memohonkan rahmat serta ampunan buat kedua orang tua mereka. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya ini termasuk hal-hal yang masih bermanfaat bagi seseorang meski ia sudah menjadi mayit.
Senada dengan hadits di awal yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Sesungguhnya diantara amal dan kebaikannya yang akan menyertai seorang Mukmin setelah meninggalnya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangun, rumah persinggahan yang dibangun bagi orang yang sedang menempuh perjalanan,
Sesungguhnya diantara amal dan kebaikannya yang akan menyertai seorang Mukmin setelah meninggalnya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangun, rumah persinggahan yang dibangun bagi orang yang sedang menempuh perjalanan, sungai yang dialirkannya, sedekah yang dia keluarkan dari hartanya saat masih sehat dan hidup akan menyertainya sampai meninggalnya [4]
Juga hadits dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أَرْبَعَةٌ تَجْرِي عَلَيْهِمْ أُجُوْرُهُمْ بَعْدَ الْمَوْتِ : مَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيْلِ اللهِ وَ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أُجْرِيَ لَهُ عَمَلُهُ مَا عَمِلَ بِهِ وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَجْرُهَا يَجْرِي لَهُ مَا وُجِدَتْ وَرَجُلٌ تَرَكَ وَلَدًا صَالِحًا فَهُوَ يَدْعُوْ لَهُ
Ada empat hal yang pahalanya tetap mengalir bagi pelakunya setelah meninggalnya (yaitu) orang yang meninggal saat menjaga perbatasan dalam jihad fi sabilillah, orang yang mengajarkan ilmu dia akan tetap diberi pahala selama ilmunya itu diamalkan; Orang yang bersedekah maka pahalanya akan tetap mengalir selama sedekah itu masih ada; dan orang yang meninggalkan anak shalih yang mendo’akannya[5]
Juga hadits yang sangat populer yaitu hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila seseorang sudah meninggal maka seluruh amalannya terputus kecuali dari tiga perkara (yaitu) dari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendo’akannya[6]
Ketika menjelaskan maksud dari shadaqah jariyah, sekelompok para Ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah wakaf. Sebagian besar dari perkara-perkara yang dipaparkan di atas termasuk shadaqah jariyah.
Dan sabdanya : ((أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ )) yang artinya rumah yang dibangun untuk orang yang sedang melakukan perjalanan.
Di dalam potongan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terdapat isyarat keutamaan membangun rumah dan mewaqafkannya agar bisa dimanfaatkan oleh kaum Muslimin secara umum, baik ibnu sabîl, para penuntut ilmu, anak-anak yatim, para janda ataupun orang-orang fakir dan miskin. Alangkah banyak kebaikan dan kemaslahan yang terealisasi dengan hal ini.
Terkadang hal-hal tersebut di atas memancing munculnya berbagai amalan-amalan yang penuh barakah yang akan tetap menghasilkan pahala bagi pelakunya meskipun dia sudah meninggal dunia.
Akhirnya, kita memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar Allâh Azza wa Jalla memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk melakukan semua kebaikan dan agar Allâh Azza wa Jalla senantiasa membantu kita dalam melakukan berbagai aktifitas kebaikan dan senantiasa membimbing kita dalam meniti jalan petunjuk.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Footnote
[1]. Diterjemahkan dari al-Fawâid al-Mantsûrah, hlm. 11-15
[2]. HR. Bukhari, no. 2466 dan Muslim, no. 2244
[3]. HR. Bukhari, no. 450 dan Muslim, no. 533
[4]. HR. Ibnu Majah, no. 242. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahîh Sunan Ibni Majah, no. 198
[5]. HR. Ahmad (5/260-261); ath-Thabrani, no. 7831. Hadits ini dinilai hasan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahîh al-Jâmi, no. 877
[6]. HR. Muslim, no. 1631


8.     3 Amal yang Pahalanya Tidak Terputus
Ada sepasang suami istri yang alhamdulillah sangat kaya dan juga shaleh.
Mereka berulangkali berhaji. Setiap tahun juga mereka melakukan umrah. Berapa banyak harta yang mereka habiskan untuk Haji dan Umrah.
Seorang ulama berkata bahwa amal mereka itu bagus dan mendapat pahala. Hanya saja, jika mereka sudah meninggal, tentu mereka tak bisa melakukan Haji dan Umrah lagi. Pahalanya pun berhenti mengalir.
Nah, maukah saya beritahu amal-amal yang pahalanya akan terus mengalir meski bapak ibu sudah meninggal dunia? Ini dia:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Allah memberi ganjaran sekecil apa pun amal yang kita perbuat. Meski hanya sebesar dzarrah atau debu:
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” [An Nisaa’ 40]
Setiap kebaikan yang kita lakukan mulai dari kewajiban seperti sholat, puasa, zakat hingga amal yang sunnah insya Allah akan dibalas Allah pahala yang berlipat ganda.
Bahkan ada orang yang karena mampu setiap tahun pergi berhaji atau umrah dengan berharap mendapat pahala yang besar. Sesungguhnya itu baik. Namun sayangnya saat kita meninggal, kita tidak akan mendapat pahala itu lagi. Saat kita mati, terputus amal kita selain 3 amal yang di atas.
Oleh karena itu agar pahala kita terus mengalir meski kita telah tiada, hendaknya kita berusaha mengerjakan 3 amal yang di atas. Bagaimana pun kita tidak tahu berapa banyak dosa atau maksiyat yang telah kita perbuat. Berapa banyak orang yang kita sakiti. Jadi kalau pahalanya pas-pasan, bisa jadi akhirnya kita terjerembab ke neraka jahannam.
Sedekah Jariyah
Menurut Imam al-Suyuti (911 H) ada 10 amal yang pahalanya terus menerus mengalir, yaitu: 1) ilmu yang bermanfaat, 2) doa anak sholeh, 3) sedekah jariyah (wakaf), 4) menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, 5) mewakafkan buku, kitab atau Al Qur’an, 6) berjuang dan membela tanah air, 7) membuat sumur, 8) membuat irigasi, 9) membangun tempat penginapan bagi para musafir, 10) membangun tempat ibadah dan belajar.
Itu hanya contoh kecil saja. Tentu saja sedekah jariyah tidak terbatas pada hal yang di atas. Segala hal yang bermanfaat yang bisa dinikmati masyarakat umum seperti membangun jalan, jembatan, website atau TV yang bermanfaat insya Allah pahalanya akan terus mengalir kepada kita selama yang kita bangun itu masih memberikan manfaat.
Menanam pohon mangga atau pohon kurma sehingga buahnya bisa dinikmati atau pun pohon yang rindang seperti pohon Beringin sehingga orang bisa berteduh pun bisa mendapatkan pahala.
Membangun masjid pun pahalanya amat besar dan tetap akan mengalir selama masih ada orang yang memakainya untuk beribadah:
Hadits riwayat Usman bin Affan ra: ”Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga. (H.R Bukhari dan Muslim)
Ilmu yang Bermanfaat
Ilmu akan bermanfaat jika kita sendiri terlebih dahulu mengamalkannya. Kemudian kita ajarkan ke orang lain. Jika orang yang kita ajarkan itu juga mengamalkan ilmunya, insya Allah kita akan mendapat pahala meski kita telah tiada.
Kita bisa menjadi guru, dosen, atau mendirikan sekolah/pesantren sehingga ilmu yang bermanfaat bisa diajarkan ke orang banyak.
Di zaman sekarang ini kita bisa mengajarkan ilmu ke banyak orang sekaligus. Dengan membuat buku yang bermanfaat, kita dapat membayangkan bagaimana kalau ada 1 juta orang yang membaca buku tersebut dan mengamalkannya.
Dengan membuat website yang berisi ilmu yang bermanfaat misalnya website Islam sehingga puluhan ribu orang bisa membaca dan mengamalkan ilmunya, insya Allah juga akan mendapat pahala. Jika ada orang yang meng-copy-paste tulisan anda, jangan sedih. Justru mereka membantu menyebarkan ilmu anda sehingga jika website anda tutup karena anda tidak membayar sewa domain atau hosting, ilmu anda tetap tersebar dan dinikmati orang lain.
Mendirikan TV Islam atau TV Komunitas yang bisa memberikan ilmu yang bermanfaat pun insya Allah akan mendapat pahala.
Bagaimana jika kita bukan orang yang pintar atau ilmu kita cetek? Jangan sedih. Dengan membantu ulama sehingga ilmunya tersebar, membantu penerbitan buku yang bermanfaat, membantu pembuatan dan pemeliharaan website atau TV Islam juga bisa membuat anda ikut mendapat pahala. Karena Allah menghitung setiap amal yang kita lakukan sekecil apa pun amal itu!
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al Maa-idah 2]
Rasulullah saw. bersabda:
عن أبي موسى الأشعري ـ رضي الله عنه ـ عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : ” المؤمن للمؤمن كالبنيان ، يشد بعضه بعضاً ، ثم شبك بين أصابعه ، وكان النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ جالساً ، إذ جاء رجل يسأل ، أو طالب حاجة أقبل علينا بوجهه ، فقال : اشفعوا تؤجروا ، ويقضي الله على لسان نبيه ما شاء ” . رواه البخاري ، ومسلم ، والنسائي
Dari Abu Musa Al Asy’ari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:
“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.” Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i.
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].
Jadi jika kita turut andil dalam menyebarkan ilmu yang bermanfaat, insya Allah, Allah akan melihatnya.
Anak Soleh yang Mendoakannya
Jika kita punya anak soleh yang mendoakan kita, insya Allah kita akan mendapat pahala juga karena kita telah berjasa mendidik mereka sehingga jadi anak yang saleh.
Oleh karena itu jika kita diamanahi anak oleh Allah, hendaknya kita didik mereka sebaik mungkin hingga jadi anak yang saleh. Seorang ibu jangan ragu untuk meninggalkan pekerjaannya di kantor agar bisa fokus mendidik anaknya.
Lalu bagaimana jika kita tidak punya anak kandung?
Di situ tidak dijelaskan apakah anak saleh itu anak kandung atau bukan. Jadi jika kita memelihara anak yatim pun kita tetap akan dapat pahala jika mereka jadi anak yang saleh dan mendoakan kita.
Dari Abu Ummah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang membelai kepala anak yatim karena Allah SWT, maka baginya kebaikan yang banyak daripada setiap rambut yang diusap. Dan barang siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan dan lelaki, maka aku dan dia akan berada di syurga seperti ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan merenggangkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Dari situ jelas bahwa orang yang memelihara anak yatim dengan penuh kasih sayang insya Allah akan masuk surga. Surganya pun bukan surga tingkat rendah. Tapi surga tingkat tinggi karena berada di dekat Nabi Muhammad SAW laksana jari telunjuk dengan jari tengah.
Paling tidak jika ada anak dari saudara kita atau sepupu kita, santuni mereka. Bantu mereka.
Menyumbang ke keluarga miskin yang ada anaknya pun atau panti asuhan insya Allah bisa mendapatkan pahala.


9.     10 Amal Jariyah
”Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan amal perbuatan seorang Muslim akan terputus ketika ia meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada tiga hal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia, yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak shaleh.
Dalam riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Alquran, membangun masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.” (HR Ibn Majah).
Menurut Imam al-Suyuti (911 H), bila semua hadis mengenai amal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal.
Yaitu ilmu yang bermanfaat, doa anak shaleh, sedekah jariyah (wakaf), menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, mewakafkan buku, kitab atau Alquran, berjuang dan membela Tanah Air, membuat sumur, membuat irigasi, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membangun tempat ibadah dan belajar.
Kesepuluh hal di atas menjadi amal yang pahalanya terus mengalir, karena orang yang masih hidup akan terus mengambil manfaat dari ke-10 hal tersebut. Manfaat yang dirasakan orang yang masih hidup inilah yang menyebabkannya terus mendapatkan pahala walau ia sudah meninggal dunia.
Dari pemaparan di atas, sudah seharusnya kita berusaha mengamalkan 10 hal tersebut atau paling tidak mengamalkan salah satunya, agar kita mendapatkan tambahan pahala di akhirat kelak, sehingga timbangan amal kebaikan kita lebih berat dari pada timbangan amal buruk.
Allah SWT berfirman, ”Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-A’raf [7]: 8).
(Asep Sulhadi , Republika, Hikmah)


10.   Keutamaan Beramal Jariyah dan Menyantuni Anak Yatim
Kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang fana, semestinya setiap orang harus menyadari bahwa hidup di dunia ini amatlah singkat. artinya kita hidup hanya sementara dan kita hanya memiliki waktu yang terbatas untuk mengumpulkan pahala sebagai bekal menuju kehidupan yang kekal abadi yaitu kehidupan di akhirat.
Dunia adalah ladangnya amal, sedangkan akhirat adalah hasil dari perbuatan yang kita tanam ketika di dunia. Barang siapa banyak amal sholeh atau pahalanya, maka ia akan masuk surga atau mendapatkan nikmat, dan sebaliknya ketika dosa dan kesalahannya melampaui pahala yang dimiliki, maka alamat akan mendapat neraka dan mereka kekal di dalamnya.
Bagaimana cara kita mensiasati waktu kita yang terbatas untuk mendapatkan tambahan pahala yang besar?
diantaranya adalah dengan melakukan amal yang pahalanya terus mengalir, salah satunya adalah amal jariyah.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.'' (HR Muslim).
Hadis di atas menjelaskan amal perbuatan seorang Muslim akan terputus ketika ia meninggal dunia, sehingga ia tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada tiga hal yang pahalanya terus mengalir walau manusia sudah meninggal dunia, yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh.
Dalam riwayat Ibn Majah, Rasulullah SAW menambahkan tiga amal di atas, Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang
bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Alquran, membangun masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.'' (HR Ibn Majah).
Makna hadits terputusnya amal seseorang kecuali tiga perkara
Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.
Kedua : Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.
Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:
a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah
b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu orang tuanya masih mendapatkan pahala meskipun orang tuanya sudah meninggal dunia.
Karenanya selagi Allah masih memberikan kesempatan hidup kepada kita, maka menjadi keharusan kita bersama untuk mengisi kehidupan ini dengan amal sholeh yang sebanyak-banyaknya. Karena hidup ini hanya sekali, manfaatkanlah sebelum menyesal di akhirat nanti.
Sedangkan amalan lain yang memiliki keistimewaan di sisi Allah adalah dengan menyantuni anak yatim.
Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana pula dengan menemani Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini", Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhori].
Imam Ibnu Bathol rohimahulloh berkata : "Orang yang mendengar hadis ini wajib melaksanakannya, agar ia bisa menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga. Di akhirat, tidak ada kedudukan yang lebih utama dari itu." Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahulloh berkata : "Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah."
Tahukah anda, apa hasil yang akan diperoleh dengan menyantuni dan mengasihi anak yatim, apa sikap anda terhadap kebaikan ini ? Jika anda termasuk orang-orang yang mampu, apakah anda pernah berpikir untuk menyantuni seorang anak yatim, sehingga anda bisa menjadi sahabat nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di surga.
Untuk menyantuni anak yatim anda tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut.
Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Barang siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga." [HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At Targhib, Al-Albaniy : 2543].
Wahai anda yang ingin memperoleh apa yang bermanfaat bagi dirinya, jika anda mendapat kesempatan untuk menyantuni anak yatim, jangan sekali-kali anda sia-siakan. Jika anda tidak menyukai hal itu dan menyia-nyiakannya, maka pikirkanlah pahala bagi orang yang menyantuni anak yatim. Tidakkah anda ingin menjadi sahabat Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam di sorga ?!.


11.   Apa Saja yang Digolongkan Amal Jariyah?
Assalamualaikum, Pak Kiai, mohon panjelasannya, amal apa saja yang bisa digolongkan sebagai amal jariyah (perbuatan/sedekah yang pahalanya tidak putus-putus)? Apakah hanya wakaf masjid saja? Sukron. (Muhammad Khotami)
Wa’alaikumsalam wa rahamatullah wa barakatuh.
Saudara Muhammad Khotami yang selalu dimuliakan oleh Allah.
Pertanyaan yang anda sampaikan juga sering kali dibicarakan oleh masyarakat muslim secara luas. Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya diantara mereka banyak yang menginginkan bonus masa depan atas amal yang mereka lakukan (pensiunan pahala), meskipun mereka telah tidak aktif lagi (meninggalkan) kehidupan ini.
Istilah “amal jariyah” mungkin hanya dapat dijumpai di Indonesia, mengigat dalam bahasa induknya (Bahasa Arab), susunan kata ini tidak lazim bahkan dapat dikatakan tidak tepat penggunaannya. Oleh karena itu, untuk menyamakan pemahaman kita dalam menanggapi pertanyaan yang anda sampaikan, kami menggunakan istilah shadaqah jariyah/ sedekah jariyah dengan arti sedekah (berderma) yang masih mengalir pahalanya kepada si pelaku meskipun ia telah tiada.
Beberapa waktu yang lalu kami pernah membahas permasalahan seputar sedekah jariyah dengan mengutip sebuah sabda Nabi yang cukup populer, yakni hadis yang menjelaskan bahwasannya diantara amal yang tidak terputus (pahalanya) meskipun si pelaku telah meninggal dunia adalah sedekah jariyah. Hadis Rasulullah saw ini selain diriwayatkan oleh imam Muslim, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan tidak menutup kemungkinan para perawi hadis yang lain.
Kebanyakan para ulama menjelaskan bahwa sedekah jariyah yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah waqaf, namun Muhammad bin Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri (w.1353 H) dalam kitab Tuhfat al-Ahwadzi (syarh sunan at-Tirmidzi), mengatakan bahwa arti dari hadis tentang sedekah jariyah tidak hanya berlaku pada wakaf semata. Hal itu berlaku pada tiap aktifitas yang masih berkelanjutan manfaatnya.
قَالَ فِي الْأَزْهَارِ هِيَ الْوَقْفُ وَشَبَهُهُ مِمَّا يَدُومُ نَفْعُهُ
Pendapat ini tentunya tidak mengherankan mengingat sebagian ulama sebelumnya telah ada yang berpikiran demikian seperti pendapat Ibnu al-‘Arabi sebagaimana dikutip dalam kitab Dalil al-Falihin syarh Riyadh as-Shalihin karya Muhammad Ali bin Muhammad bin ‘Allan bin Ibrahim al-Bakri (W 1057 H):
قال ابن العربي: من سعة كرم الله تعالى أن يثيب على ما بعد الحياة كما يثيب على ذلك في الحياة وذلك في ستة: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له، أو غرس، أو زرع، أو الرباط
Artinya; Ibnu al-‘Arabi berkata: “Sebagaian dari luasnya kedermawanan Allah swt adalah bahwa Dia akan memberi pahala kepada orang yang telah meninggal sebagaimana pemberian yang diberikan kepadanya ketika masih hidup. Hal itu berlaku dalam enam hal: sedekah jariyah, ilmu yang masih dimanfaatkan oleh orang lain, anak shaleh yang bersedia mendo’akannya, menanam pohon (mengadakan penghijauan), menanam benih di ladang/kebun, serta menyediakan tempat untuk kaum dhuafa’.”
Saudara penanya yang kami hormati.
Dengan penjelasan dari beberapa ulama tersebut dapat kita fahami bahwa medan atau cakupan sedekah jariyah dapat diperluas ke berbagai bidang selama masih bermanfaat bagi generasi mendatang. Standar kemanfaatan tentunya mengacu kepada hal-hal yang telah dibenarkan oleh syari’at.
Dalam hal ini bidang keagaamaan, bidang sosial, serta bidang pendidikan masih membuka peluang yang sangat besar untuk bersedekah. Mendirikan, membangun serta merawat berbagai fasilitas yang sering dipergunakan seperti lembaga pendidikan, pendirian rumah sakit, panti asuhan untuk anak yatim dan anak-anak terlantar serta hal-hal lain yang masih membutuhkan uluran tangan dari kaum dermawan, kesemuanya itu dapat dimasukkan dalam kategori sedekah jariyah. Jadi cakupan sedekah jariyah sebagaimana pertanyaan yang anda sampaikan tentunya tidak hanya berlaku pada waqaf untuk sarana peribadatan (masjid) saja.
Umat Islam perlu mengembangkan dan memerapkan arti sedekah jariyah dalam lingkup yang lebih luas. Jika ini yang terjadi maka cita-cita untuk mewujudkan ‘Izz al-Islam wa al-Muslimin (kemuliaan Islam dan pemeluknya) sebagaimana harapan Nabi kita akan terwujud.
Mudah-mudahan penjelasan ini dapat menumbuhkan rasa kepedulian dan kepekaan kita terhadap masalah-masalah keagamaan, sosial dan pendidikan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, sehingga keterbelakangan yang selama ini melekat kepada bangsa kita akan segera terkikis. Amin… (Maftukhan)